12/02/2005

Lagu Kenangan

Seringkali aku berpikir betapa menakjubkannya sebuah lagu bisa menjerat diriku kembali ke masa lalu. Ke masa di mana ada kegembiran, air mata, luka...

Syair dan iramanya berebut tempat di hatiku. Menebar bunga suka atau membuka luka yang masih basah. Sementara pikiranku memutar ulang kejadian-kejadian milik masa lalu itu. Berulang. Terus menerus. Potongan kenangan, hati yang gundah atau bungah membuat dadaku sesak tak bisa bernafas. Ada yang terisi atau malah kosong melompong.

Lagu2 Kahitna selalu membuatku ingat masa remaja dulu. Masa-masa SMP. Gelak tawa dan emosi yang ngga stabil. Aku juga ingat tanah lapang yang basah di belakang rumah. Atau langit biru berangin-saat yang baik untuk bermain layang-layang. Atau sore hari yang cerah untuk bermain bulu tangkis atau naik sepeda.

Lagu2 Padi selalu membuatku ingat masa jadi mahasiswa baru. Stres. Ingat saat menghabiskan waktu di lab. komputer. Berusaha keras menuangkan isi pikiran yang mengalir deras namun tidak sebanding dengan kecepatanku mengetik. Saat berusaha keras mencari bahan di internet. Seperti anak kecil yang tersasar di jagad raya. Entah mesti memulai dari mana.
Sekarang aku sedang dengar lagu dari masa lalu. Aku jadi rindu kamu. Hari ini aku sadar cinta tak pernah habis di makan waktu. Tidak pula oleh pikiranku sendiri.

27.11.05
Hujan tercurah jatuh di atap. Malam ini, malam kedua aku di Lhoksumawe.

Rumah yang aku tinggali cukup bagus dan besar. 4 kamar tidur, 3 kamar mandi, ruang tamu, ruang tengah dan ruang makan serta dapur. Cuma kami bertiga di rumah ini. Aku. Mba Yuni dan Ka Mundzir. Mungkin terasa lebih sepi kalau tidak ada pemilik rumah yang tinggal di lantai dua.

Aku kira ada kamar mandi dekat dengan tangga menuju lantai atas. Pagi ini aku terbangun dengar guyuran airnya. Waktu itu pukul 5.20 masih sangat gelap dan dingin di Aceh jam segitu. Siapa pula yang pagi-pagi sudah mandi. Keluarga pemilik barangkali.

Malam ini aku makan di luar. Duduk di kursi bermeja yang diletakkan di pinggir jalan. Seperti kafe-kafe di paris. Beratap langit malam yang mendung berawan. Jalan lebar dan lengang. Cuma satu dua mobil lewat sesekali. Ada juga becak motor atau sepeda. Ah eksotis betul.

Andai ada... -Mimpi...

Semalam aku mimpi. Mimpi macam-macam. Entah apa aja yang aku mimpiin. Sepertinya semua hutang yang belum terbayar menghantuiku. Malam ini sebenarnya aku lelah betul. Tapi aku enggan tidur cepat. Entah apa yang menambatku.

Besok sudah mulai kerja. Ya Allah berilah kekuatan dan semangat untuk memberikan yang terbaik yang aku bisa.

11/24/2005

Pada Siapa Aku Mencinta

Dalam hari yang bimbang aku pun tidak tau harus menjawab apa

air mengalir. Aku bertanya, kenapa penyair ciptakan lagu sedih, kisah pilu. Adakah mereka bagi indahnya hari-hari mereka? Manusia selalu suka kegetiran. Seperti aku mencintaimu.

Siapa kamu. Bahkan aku tak tau bagaimana kau berucap salam.

Sore ini gerah. padahal aku sudah mandi. Lagi-lagi mati lampu di sini. Cahaya lilin redup. selalu ada kasih yang suka keremangan. Seperti mereka menyukai Romoe dan Juliet. Atau ketidakwarasan Majnun. Mempesona, Mengelora. Tiadakah kisah romantis tanpa pahit yang getir. Seperti aku memilihmu, memilih mencintaimu.

Nagan, satu sore saat mati lampu.
(repro)
-Epilog-
Kepada Batara Kala,
Lunas. Kubagi apa yang kau ingin ketahui. Dialah yang Kucintai dan sudah kuceritakan itu. Kau sang waktu yang akhirnya mengetahui segala. Hari sudah semakin senja. Aku letih.

Kata Sayang Tercekat di Tenggorokan

Gw punya teman. Dia anak daerah. Logatnya medok banget. Dulu kalau mau pulang sekolah, dia teriak-teriak dari jauh ngajakin pulang bareng. Kalau ketawa keras banget. Pakaiannya asal dan ngga tau 'malu' .

Kalau ngeliat mobil atau motor 'Kantor Pos Indonesia' wajahnya langsung ceria dan berteriak-teriak girang cenderung berisik dan bikin malu. perilaku itu berakar dari pengalamannya waktu masih di kampung halaman, cowok yang dia suka bapaknya pegawai kantor pos. ya ampun... causa yang jauh dari akibat. Karena itu juga dia suka warna oranye.

Konyolnya dia yang bikin gw sayang banget. Tapi dulu gw selalu dingin. Ngga pernah terlontar dari mulut gw kata sayang. kata peduli padanya.

gw melihat dia seperti adik kecil yang lugu dan naif. Sementara Depok walaupun bukan ibukota yang kejam tapi tidak sebaik yang dia bayangkan. Dan gw ingin melindungi dia. menyadarkan dia apa yang dia hadapi.

Satu ketika gw ngga suka pada keputusannya. Merasa marah karena dia masih juga bersikeras memilih apa yang ingin dia pilih. Setelah sekian lama gw sadar, dialah yang memiliki keseluruhan dirinya. Gw yakin Tuhan selalu bersama dia menyusuri pilihan hidupnya. kenapa gw mesti khawatir. sampai saat ini gw masih sayang. selalu sayang. Wish you all the best sist...

Madep Ngalor Sugih Madep Ngidul Sugih?

Kemarin temen gw kirim sms. cuma satu kalimat. dia bilang sayang sama gw. dan gw tersanjung. bahagianya orang yang disayangi. Kalau gw renungi, gw bersyukur banget punya teman-teman yang sayang gw. mereka menerima gw apa adanya, tulus, perhatian... mereka yang selalu ada saat gw butuh, teman gw berpikir, ngobrol hal-hal ngga penting, tempat gw bertanya, menuang gundah dan pusingnya memikirkan hidup. teman-teman gw yang menghibur gw. dengan celaannya, gurauan ringan. Orang yang menyapa gw dengan kehangatan matahari. dan mereka yang menemani gw meniti benang takdir.

Dalam hidup yang serba tidak pasti ini, adanya orang yang ada di samping kita membuat hidup jadi lebih berisi. Setidaknya kalau teman kita bercerita masalahnya, kita jadi sadar kita ngga sendiri. ngga sendirian menikmati sejuknya pagi, dinginnya malam. ngga sendirian juga menikmati semesta yang indah ini.

kalau lihat langit yang biru. gw bersyukur banget bisa menikmatinya. Kicau burung, air beriak, hujan, gemintang... semuanya diciptakan buat kita nikmati. dan gw bersyukur banget diberi kesempatan menikmati itu semua nun jauh di Nanggroe Aceh...

sekhusuk gw mensyukuri punya dua orangtua yang merelakan kepergian gw walaupun berat hati. papa mama yang memberi kesempatan gw memilih jalan yang gw pilih. adik gw... semua keberatan dan dukungannya. bersyukur bersama mereka dalam rumah yang hangat dan riuh.

bisa makan dan minum berkecukupan. pendidikan yang baik dan dititipkan kecerdasan.

walaupun kadang teman gw nyebelin juga, alam tidak selalu ramah, papa yang galak dan mama yang ceriwis, adik gw yang jail. kadang ngga punya uang, susahnya dapat nilai A atau dapat kerja. Tapi gw bersyukur teman gw masih ada, masih ada pula tempat berlindung. orangtua gw yang masih bisa diajak bicara, kejailan adik gw yang bikin gw sayang. gw juga masih diberi kesempatan belajar di kehidupan yang sesungguhnya dan punya kerjaan walaupun ngga bikin gw tajir. Itu udah bikin gw sangat bersyukur.

Apalagi coba yang gw butuhin..?!

mmm... ternyata masih ada... :di pertemukan dengan jodoh gw..;p (Ya Allah MahaPemurah.. tunjukkan siapa orangnya..plisss...?!) hahahaha... yah namanya juga manusia ngga pernah selalu puas. Dewasa muda lagi. Krisis yang normal lah... Halah!

yah tapi gw bersyukur atas apa yang gw punya. Terima Kasih ya Allah... ;)
Sabtu ini gw bakal berangkat ke Aceh. Tepatnya di Lhoksumawe. Gw kerja untuk Pusat krisis psikologi UI untuk program psikososial berbasis komunitas. program ini direncanakan sampai bulan oktober 2006. tapi kami bakalan balik 3 bulan sekali.

gw bakalan kangen sama banyak orang nih. keberangkatan gw yang pertama kayanya ngga seberat sekarang. mungkin karena ngga lama cuma sebulan. selain itu yang membuat berat adalah mungkin juga gw akan sulit ketemu sama teman2 kuliah karena udah ngga pada di kampus lagi. haa...

satu lagi, sekarang gw KERJA. hahaha.. loh emang yang kemarin apa ya? hehehe... mudah-mudahan gw bisa bekerja dengan baik. belajar dari kesalahan. dan kembali dalam keadaan selamat dan cerah ceria. amin...

doain ya... gw bakalan kangen nih...

11/10/2005

selamat hari raya...

haa... ramadhan udah lewat... sedih banget.. hiks.. mudah2an umur ini masih direntangkan hingga ramadhan berikutnya.. amin..

buat teman2 yang udah ngucapin, makasih ya.. gambar di atas juga ucapan dari seorang teman, makasi ya Moko udah izinin buatannya dipajang...

10/27/2005

Di sini..

Disini... menunggu hari berlalu.. yang terbaik sudah digariskan. kenapa hati ini masih gundah juga. dalam ketidakpastian pada siapa kita berpegang. pada janji yang abadi pastinya. Ya Allah... Padamu diri ini berserah...

10/26/2005

Malam biru di bawah rembulan. Malam yang hangat dan cuma ada kita berdua. Magrib telah lewat. Pacarmu akan tiba kau bilang. Tapi kau juga masih ingin berlama-lama. Apa maumu? Aku tau inginku. Kamu. Bisakah kau putuskan sekarang. Bagaimana jika kita kabur saja. Aku bawa kamu ke padang tempat harimau masih mengaum. Tempat yang lebih beradab daripada rumah tanah yang dibagun kasihmu. Aku tau tak punya segala. Tapi aku punya telinga. Telinga. Kau tau itu dan pacarmu tak miliki. Kasih.. malam semakin kelam. Kita belum sembahyang. Putuskan sekarang. Apa maumu? Aku tahu yang kumau. Kamu. Apa maumu?
Pagi ini hujan kawan. Aku kira sejak semalam. Rintik-rintik. Kelabu. Anak-anak kecil pakai jas hujan warna-warni. Si buyung tak malu lagi pakai jas hujan merah jambu. Kamu sedang apa? Aku rindu. Kamu bilang kamu selalu suka hujan. Hujan saat berkah turun ke bumi. Romantis katamu. Lalu ada sekelebatan kenangan satu sore di jendela kamar. Hujan menetes dan hari terasa tenang. Kamu sedang apa?

Aku bilang aku tak suka hujan satu ketika. Rintik airnya selalu membawa dingin serta. Kau tau aku tak suka dingin. Dingin merampas kehangatanku. Beku. Aku tak suka itu kataku. Tapi kau selalu selalu suka hujan. Dan menertawakanku saat hari cerah berawan kapas. Hari yang panas. Kita selalu berbeda. Tak perlu lagi dibicarakan.

Kau ingat saat kau tanya aku untuk pertama kali. dan aku bisu. Kau mulai bicara dan aku diam saja. Aku pandangi bulir-bulir yang mengalir di jendela mobil. Kau terus bicara. Kau tau? Saat itu aku pikirkan kuliahku. Tapi aku ingat juga kata-katamu. Katanya kau suka hujan. Dan merasa sendu ketikanya. Kau sedang apa? Aku rindu.

Aku ingat hari itu hujan turun pula. Aku menyesal. Hari lain sejak kau bertanya padaku. Kita memang duduk terpisah. Tapi hatimu selalu ada disini. Sampai kucampakkan saat itu. saat hujan mulai turun di sore yang gerah. Mobil dinas tua berjalan perlahan di kemacetan. Dan kau bertanya padaku. Menitipkan jiwamu. Masa lalu merubahku kawan. Waktu menempaku jadi manusia baru. Dan aku bilang tidak. Cukup saja hingga disini. Aku tak pernah mencintai hujan. Dia kasihmu. Bukan untukku. Aku menyesal. Kamu dimana? Aku rindu.

Kamu dimana?

Pagi ini hujan kawan. Rintik. Sebulir-bulir air menetes dari pucuk daun mangga. Anak sekolah pakai plastik dikaki. Jalan sepi. Jatuhan air menari. Kamu di mana? Aku rindu.

***
Pada hujan kubertanya satu ketika, apa mereka melihatmu? Mereka bilang kau lebur bersama matari. Kala melahapmu sampai hilang dari bumi. Lalu angin berbisik padaku hujan bual saja. Mereka tak tau pula kau dimana. Ia bilang percayalah padanya. Jual diriku dan kita kan bertemu. Kini ini aku tak suci lagi, tapi tetap kutak tau dimana kamu Ahh... Kau dimana kawan? Aku lelah mencari. Adakah kudapat tebus sesal ini?

Pada malam aku bertanya satu ketika, pada siapa kau titipkan rindu? Kelam. Selalu tak ada jawaban. Tapi pada mereka aku tau nurani ada. Pada bintang aku berpesan. Kawan, hubungi aku. Aku rindu bau jiwamu....

Gelar Batik

Beberapa minggu lalu, di awal bulan puasa, ada gelar batik Nusantara di Balai Sidang Jakarta. Aku kesana. Indahnya. Begitu banyak motif batik dari seluruh nusantara. Indah. Betul-betul indah. Sebagian dari sutera yang lembut. Tapi ngga selembut harganya. Jutaan. Ada juga sih yang diobral 100ribu, tapi itu kain batik yang dulu suka dipakai ibuku untuk mengendong. Aku suka benget ada ditempat itu. walau cape dan lapar kayanya sbanding dengan yang aku dapat. Kekayaan nusantara. Dari dulu aku mau belajar mbatik. Buat orang yang g pernah bersentuhan dengan batik mungkin eksotis ya? Hehehe.. tapi aku mau belajar sebagai usaha kembali ke akar. Menjadi jawa. Walau batik bukan saja dari jawa. Lagi kalau bukan kita siapa lagi?

Malas

Penyakit orang Indonesia tampaknya memang pada kemalasannya. Malas berusaha. Lebih suka terima dana kompensasi BBM daripada melakukan inovasi baru (yang halal dan turut aturan) untuk menyiasati hidup.

Sudah beberapa kali aku lihat sebuah acara kuis dari Jepang di stasiun TV Lativi. Entah apa namanya. Dalam kuis itu, sebuah keluarga dikunjungi oleh pihak televisi. Setiap anggota keluarga boleh memilih apa saja impian mereka. Misalnya ayah mau peralatan golf, ibu ingin sepeda. Kakak ingin notebook dan si adik mau anjing. Biayanya kemudian dihitung dan akan diberikan jika sang ayah menyelesaikan suatu tantangan dengan gemilang. Tantangannya macam-macam. Satu episode aku lihat si ayah ditantang untuk menyalakan api dengan cara mengosok bambu kering di episode lain ayah diminta untuk mendirikan tumpukan 30 dadu yang kecil-kecil. Untuk menyelesaikan tantangannya Perserta diberi kesempatan satu minggu untuk berlatih.

Yang menarik adalah hampir setiap peserta berusaha menemukan inovasi-inovasi baru dalam menyelesaikan tugasnya. Eksperimen dilakukan. Setiap anggota keluarga bahu membahu menemukan cara termudah untuk menyelesaikan tantangan. Kalau perlu pakai metode ilmiah. Biasanya mereka telah berhasil melakukan tantangan sebelum mereka harus pentas. Pada umumnya yang menjadi batu sandungan saat tampil untuk merebut impian keluarga adalah masalah mental. Gugup, ragu dan masalah-masalah psikologis lainnya.

Ternyata ada juga tayangan serupa di RCTI, ‘Funtastik’. Dari berberapa episode yang aku lihat. Dari hari ke hari latihan, tidak ada (sejauh yang aku lihat) yang berusaha menemukan cara termudah untuk melakukan tantangan. Semua melakukan dengan cara yang sama seperti saat mereka diberi tugas itu untuk pertama kali. Kesalahan yang sama dilakukan berulangkali. Haa... geregetan. Hasilnya juga tentu ngga maksimal.

***
gw sadar, sebagai bagian dari bangsa ini gw juga termasuk orang yang malas. Malaaaaassss Banget. Untuk beberapa waktu gw malas banget nulis. Gw juga malas bangun pagi. Malas untuk lebih giat beribadah di bulan Ramadhan ini. Malas melakukan tugas-tugas. Semua serba ditunda.

Satu lagi, kalau sudah memulai pekerjaan, sulit banget buat gw untuk tekun. Fokus ke pekerjaan itu sampai selesai. Biasanya gw tinggaliin dulu, tidur-tiduran, makan, minum kopi, nonton tv, jalan-jalan, atau melakukan pekerjaan lain. Kenapa ya? Gw ngiri banget sama orang-orang yang bisa duduk tekun di depan komputer terus-terusan dari pagi sampai istrirahat terus duduk lagi hingga waktu pulang tiba. Ko bisa?

Bisa jadi itu memang personal karakteristik gw yang ngga bisa diem. Tapi Gw sadar juga ada faktor malasnya. Malas... apa ya obatnya?

Kadang gw jadi sebel sama diri sendiri, kalau gw ingin berbuat sesuatu buat bangsa ini, terus gw masih aja malas gimana coba? Waktu yang terbuang untuk menuruti kemalasan ini, rasanya lebih berguna kalau gw malakukan sesuatu yang berguna. Kalau gw ngga malas mungkin keadaan diri gw, orang-orang disekitar akan lebih baik ya? Malas apa obatnya?

9/23/2005

Cerita dari Kamar Cinin

Ini cerita dari kegiatan saya merapikan kamar yang amit-amit berantakan akibat ditinggal kesibukan mengerjakan skripsi dan pekerjaan lain.

Seperti yang sudah-sudah pekerjaan merapikan sebenarnya hanya membutuhkan waktu sekitar 20 persen dari keseluruhan waktu saya bergelut dengan porak-porandanya kamar. Sisanya yang 80 persen digunakan untuk membaca atau melihat-lihat barang-barang yang bahkan saya tidak ingat pernah memilikinya. Dan penemuan harta karun yang terlupakan itu selalu membuat saya bahagia dan ... bahagia!

Penemuan pertama saya yaitu hadiah-hadiah yang belum sempat saya buka dan gunakan. Hadiah macam figura foto itu ternyata menemukan belahan jiwanya karena dari hasil mengaduk-aduk tumpukan kertas yang berserakan ditemukan foto-foto lama. Setelah dipandang-pandang tu foto, senyum-senyum ngga jelas lalu disandingkanlah ia ke dalam figura tersebut.

Harta karun kedua adalah surat-surat dari teman-teman lama, kartu ucapan, buku harian, sampai hasil chatting sama teman-teman zaman masih kuliah dulu. Waktu kuliah kalau sudah bosan dengar dosen ceramah di depan, saya biasanya chat dengan teman terdekat. Medianya kertas bekas dan pulpen. Jadilah interaksi tersembunyi dan penuh keheningan itu dimulai. Membaca semua itu membuat saya geli dan ketawa-ketawa. Tapi lebih banyak mengingat-ingat karena saya sudah lupa dengan apa yang ditulis hehehe...

Penemuan selanjutnya adalah koleksi prangko yang dulu memang saya kumpulkan. Mmm.. cantik-cantik dan dari berbagai negara. Sebenarnya saya bukan seorang filatelis sejati yang merawat perangko dengan sepenuh hati. Tidak juga berburu benda pos itu hingga kemana-mana. Kebanyakan prangko itu adalah bawaan ibu saya dari kantornya kemudian saya rapikan dan simpan.

Temuan paling menakjubkan malam itu adalah kliping koran saya bertahun-tahun lalu. Ternyata saya masih menyimpan Kompas Edisi Milenium! yaitu kompas yang terbit tanggal 1 Januari 2000. Isinya tebal dan menarik-menarik. Berkisah tentang dunia dan Indonesia. Penemuan-penemuan, sejarah dan akan kemana dunia melangkah. Keren banget deh. Dan yang tidak kalah keren adalah saya masih menyimpan Kompas edisi spesial 100 tahun bung Hatta!!! 12 Agustus 2002. Isinya tulisan-tulisan para tokoh mengenai Bung Hatta. Hah... Saya jadi ingat lagi kenapa saya jatuh cinta pada tokoh minang ini. Juga kliping-kliping lain. Dari masalah pendidikan, dunia pustaka, budaya, masakan sampai tabloid PC Plus. Tapi sayang beberapa sudah mulai menguning. Apalagi Kompas edisi milenium. Gimana ya caranya supaya ngga makin coklat dan rapuh? Mmm...

Waktu semakin malam dan saya sudah sangat lelah. Waktu saya pandangi kamar. Hhh... lebih poranda dari sebelumnya, bahkan untuk sholat pun tidak ada tempat. Hahaha... Malam itu akhirnya saya tidur saja, meninggalkan kamar penuh benda-benda berserakan. Ah... masih ada esok hari bukan? Oops...

9/18/2005

9/16/2005

Hidup Syahid

Seorang pluralis tidak lahir dengan sendirinya. Pluralis sebagai sifat maupun watak, terbentuk oleh sebuah proses belajar yang pajang dan mungfkin melelahkan. Jadi, pluralis itu hasil ciptaan yang belum tentu sudah jadi. Tak ada pluralis yang bersifaf become dan mapan. Sifat, atau watak, itu masih terus menerus dalam penciptaan. Dan mungkin dirawat terus menerus agar bisa tetap konsisten.

Untuk menjadi pluralis, tak jarang diperlukan pengorbanan. Ia bisa dikucilkan teman-temannya sendiri, atau diejek,dibenci dan secar kultural tak lagi dianggap sebagai anggota kelompok.
Sang pluralis juga bisa diancam hukuman mati oleh suatu pusat kekuasaan atau oleh orang-orang yang merasa mendapat limpahan kewenangan dari Tuhan biarpun sebenarnya Tuhan tidak pernah membisikkan seustu kepadanya. Di mana-manaorang itu seperti itu kelihatan selalu ada dan membuat orang lain takut atau cemas. Begi mereka yang berjuang dengan penuh kesadaran, risiko seperti itu sudah mereka perhitungkan da mereka antisipasi sebagai kemungkinan terburuk yang bisa muncul. Mungkin, akhirnya ia tidak takut akan ancaman hukuman mati karena ia tahu yang dihadapinya mati sayahid, mati di jalan tuhan. Di banyak kelompok, mati sayahid dirindukan. Ini sebuah kematian agung. Kesayahidannya itu ‘iming’iming’ dan janji agama yang pasti. Mati sayahid dijamin masuk surga, langsung tanpa ditanya-tanya lagi.

Mereka yang menganggap pihak lain salah pun punya klaim perjuangan membela agama. Dengan sendirinya mereka pun mengegam ideologi mati sayahid tadi. Merka tidak takut mati,.
Dua pihak itu berhadapan satu sama lain. Masing-masing membela agama dan Tuhan. Masing-masing tidak takut mati. Tetapi jutaan orang cemas melihat kekerasan itu. relasi kekuasaan antar kelompok sperti itu mengerikan. Berjuta-juta meusia mendambakan ketentraman hidup, tetapi para tokoh malah bicara rtentang mati. Berjuta-juta orang menanti lkagu kehidupan, para tokoh malah menyanyikan lagu kematian.

Mereka lupa, bahwa ke-syahid-an itu hadian langit dan bukan sejenis gelas akademis yang bisa dicari. Orang akan mati sayahid atau tidak bukan urusan manusia. Ke-syahid-an itu mahkota lagit. Dan sepenuh ya merypakan rahasia langit.

Mati di jalan Tuhan, mati Syahid, tidak bisa direncanakan dan direkayas manusia. Tetapi hidup syahid merupakan kewajiban yang harus kita perjuangkan dengan gigih.

Kebudyaan kita lebih membutuhkan orang yang berai hidup syahid,. Yang mangasihi sesama, saluing menolong dan saling melindungi. Kemiskinan dan orang-orang yang tak berdaya, sangat banyak jumlahnya. Dan luar biasa mengenaskan. Mengurus mereka merupakan panggilan keagamaan yang sangat sentral kedudukannya.

Hidup harus dipertahankan. Kita mainkan peran keduniaan semaksimal mungkin agar kita tampak lebih bermartabat, baru kemduian bicara hak-hak kelangitan.

Hidup belum jadi ini harius di buat mendekati titik ‘jadi’. Kita yang hari ini gigih sebagai pluralis dan sangat toleran belum tentu terbebasa dari cobaan.

Sebaliknya, mereka yang antisikap pluralis tak mustahil berubah menjadi pluralis sejati. Dan sangat toleran kepada pihak lain.

-dari Mohamad sobary, kompas minggu.

Cak Nur


Senin 29 Agustus 2005, salah seorang cendikiawan Indonesia meninggal. Nurcholish Madjid meninggal di Rumah Sakit Pondok Indah pukul 14.05. Innalillahi wa innailahi rojiun..

Ketika Cak Nur mengundurkan diri sebagai kandidat presiden dari partai Golkar karena merasa tidak berdaya dengan politik uang yang sudah marak, saya bersyukur. Bukan karena saya takut tokoh yang saya kagumi itu kehilangan integritasnya ketika memasuki arena politik yang kotor. Bukan pula saya takut beliau akan lupa pada pemikiran baiknya ketika sudah berkuasa. Bukan itu. Alasannya karena saya yakin setiap orang punya perannya masing-masing dalam dunia ini. Begitu pula dalam sebuah negara. Tidak semua orang menjadi buruh karena negara juga butuh petani. Tidak semua orang jadi presiden karena harus ada yang berada di luar kekuasaan. Peran yang cocok dengan seseorang adalah peran yang sesuai dengan personal karakteristik, pribadi dan potensinya. Dan saya menilai Cak Nur lebih cocok menjadi seorang guru bangsa daripada seorang presiden.

Cak Nur saya nilai sebagai seorang pemikir. Seorang presiden haruslah orang yang berpikir. Tapi dia punya tugas lain selain berpikir. Ia harus pula mengatur organisasi besar yang namanya negara serta mengatasi masalah-masalah di dalamnya. Saya kira pemikiran dari Cak Nurlah yang menjadi karakter beliau. Itu kekuatannya. Beliau adalh pemikir bukan seorang negarawan. Dengan pemikirannya itu ia bisa membantu negara. Menjadi guru, menjadi pembimbing ke mana negara ini akan melangkah. Dan itu tidak harus sebagai pemegang keputusan srategis sebagai presiden.

Saya jadi ingat perdebatan saya dengan seorang teman kira-kira setahun yang lalu. Menurutnya jika ada yang kita yakini sebagai sebuah kebenaran, maka kita harus menegakkan kebenaran tersebut. Mengaungkan kebenaran tidaklah cukup. Kebenaran itu harus menjadi landasan yang mendasari sebuah sistem. Jika kebenaran yang dimaksud adalah mengenai bagaimana yang benar dalam mengatasi masalah negara, maka kekuasan mesti diperjuangkan. Kenapa? Karena pemegang kekuasan adalah pemegang posisi startegis. Dengan kekuasan kita bisa menegakkan kebenaran tersebut. Kekuasan memberikan keleluasaan dalam menentukan akan kemana negara ini bergerak. Sehingga ketika saat itu Cak Nur mengundurkan diri sebagai kandidat presiden, ia menganggap sebagai hal yang bodoh.

Ketika saya mendengar argumentasinya, saya merasa ada benarnya juga. Saya setuju jika seseorang dengan kekuasan entah itu presiden., ketua senat atau ketua Ospek kampus punya kartu As dalam menentukan akan kemana organisasi yang dipimpinnya itu bergerak. Jelas, karena ia pemegang kebijakan startegis. Tapi yang tidak saya setujui adalah penekanannya pada perlunya kekuasaan untuk membuat sebuah organisasi menjalankan kebenaran yang ia yakini. Wow... kalau orang-orang DPR, pemerintahan kerjanya berantem terus, pantes aja kalau mereka juga berpikiran seperti itu. Semua hanya memperjuangkan kebenaran yang mereka yakini dan memperjuangkan kekuasaan untuk memfasilitasi kebenaran itu. Dalam keadaan seperti itu maka kegiatan perpolitikan, entah itu politik kampus atau negara diwarnai oleh kompetisi memperjuangkan kebenaran, yang jangan-jangan hanya ada di kepala mereka. Akibatnya mereka lupa untuk turun ke bumi melihat rakyatnya. Atau yang juga tidak kalah penting, menjadi lupa berkaca diri. Berkaca apakah ‘perjuangan menegakkan kebenaran alih-alih memperebutkan kekuasaan ini’ tidak merugikan orang lain? Mencoba bertanya pada diri apakah cara-cara yang digunakan adil, suportif dan tidak mementingkan diri dan golongan?
Cak Nur adalah seorang pluralis. Ia menghargai perbedaan pendapat. Baginya tidak ada kebenaran yang mutlak dalam kehidupan bersama. Dalam kehidupan bernegara seperti di Indonesia yang penduduknya majemuk jika politikus hanya memperjuangkan kebenaran yang mereka yakini benar, lalu hendak dibawa ke mana Indonesia?

Dari lubuk hati terdalam saya merasa sedih betul mendengar beliau tiada. Indonesia kehilangan lagi orang berkarakter seperti beliau. Dan sedihnya, beliau meninggal di saat Majelis Ulama Indonesia mengharamkan Pluralisme. Miris. Tapi buat saya setidaknya beliau hidup untuk menjadi panutan. Bukan untuk dipuja karena beliau pastinya tidak suka. Tetapi sebagai orang yang buah pikirnya memberikan wawasan. Yang kecendekiaannya mencerahkan. Selamat jalan...

Memandang Sesuatu dari Sudut Lain

Suatu hari saya dibonceng motor oleh Monkici dari kampus di Depok ke rumah Paijeh di Ampera. Hari itu, saya pakai rok. Karenanya saya duduk menyamping. Itulah perjalanan naik motor dengan posisi menyamping terjauh buat saya. Kalau memboceng dengan cara konvensional paling yang bisa dilihat punggung dan belakang kepala monkici, jika menoleh sedikit lumayanlah pemandangannya, punggung-punggung mobil yang meninggalkan anda atau pengendara motor tampan di samping.

Berbeda jika posisi saya menyamping. Dengan posisi tersebut, saya bisa melihat sisi jalan di depan saya lebih jelas. dengan posisi tersebut saya juga bisa melihat arus kendaraan di belakang motor. Wuis. Mobil-mobil sebesar gajah seperti mau menginjak saya karena melaju kencang di belakang. Dan yang paling dasyat yaitu waktu segerombolan pengendara motor meluncur di jalan yang menurun dengan kecepatan tinggi. Haa... rasanya seperti sedang dikejar-kejar tawon! Tapi itu serunya. Dan itu yang menarik. Saya melihat suasana di jalan raya dengan point of view yang berbeda.

Melihat dengan posisinya berbeda akan memberikan sensasi yang berbeda pula. Dengan mencoba melihat sesuatu dengan posisi yang berbeda akan memberikan pengalaman berbeda. Sesekali dalam hidup, kita harus berani untuk merubah posisi duduk kita sehingga mendapat pengalaman baru dalam hidup. Melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda membantu kita untuk tidak picik dalam menjalani kehidupan. Kita bukanlah katak dalam tempurung. Pandangi dunia dari sudut manapun. Kebenaran yang kita yakini belum tentu sepenuhnya benar.

Dalam menjelajahi dunia ilmu pengetahuan sikap berani dalam melihat sesuatu dari sudut pandang lain membuat kita tidak kaku dalam mencoba menjelaskan suatu fenomena. Jika fenomena ibarat berlian maka suatu teori hanya mampu menjelaskan kilau, struktur, dan dinamika yang dihasilkan, dari satu sudut pandang. Padahal berlian punya banyak sisi. Jika seseorang dengan kaku menganggap hanya satu teori benar dan yang lainnya salah maka ia telah gagal untuk mencoba memahami suatu fenomena sebagai satu kesatuan.
Belajar untuk memandang sesuatu dari sudut pandang lain, memberikan pemahaman yang lebih dalam melihat suatu gejala. Dunia ini tidak sehitam putih yang anda bayangkan. Jadi mari belajar untuk berani merubah posisi duduk kita.

Agustusan

Bulan Agustus sudah berlalu. Umbul-umbul mulai diturunkan. Bendera-bendera plastik merah-putih mulai pudar warnanya. Lomba-lomba untuk memperingati hari kemerdekaan telah usai. Setiap melihat kemeriahan itu, aku selalu ingat perayaan lima puluh tahun Indonesia merdeka.
Ya, itu sepuluh tahun lalu. Waktu itu aku baru masuk SMP. Jauh hari sebelum perayaan, ada himbauan (atau instruksi?) bagi pemilik rumah yang berada di pinggir jalan raya untuk memasang lampu warna-warni. Lampu merah, hijau dan kuning itu biasanya dililitkan pada sebatang bambu dan dibuat berkelap-kelip. Beberapa rumah menambah semarak dengan menancapkan beberapa batang bambu atau menambah lampu-lampu kecil berwarna-warni yang diletakkan di atap rumah. Ada pula yang merangkai lampu-lampu tersebut sehingga bertuliskan "Dirgahayu RI ke 50"

Pada masa itu, Aku suka banget jalan-jalan di waktu malam untuk bisa melihat indahnya lampu berkelap-kelip. Keluar masuk kampung, merambah daerah-daerah yang lumayan jauh dari rumah. Biasanya aku keluar pukul setengah delapan usai berita sore. Sendiri. Hahaha.. kalau diingat-ingat gila juga ya keluar malam-malam sendiri. Tapi seingatku, waktu itu keadaan di jalan-jalan selalu ramai. Kalau ditanya orang rumah, aku jawab aja habis jalan-jalan. Udah deh ngga ditanya lagi. hehehe...

Sewaktu aku main ke ibukota Jakarta di masa itu, aku juga lihat jalan-jalan diterangi lampu berwarna-warni. Pohon-pohon besar digantungi hiasan lampu kecil berjuntai-juntai. Hiasan lampu berpola diletakkan di pembatas jalan. Monas juga terlihat indah karena dipasangi lampu. Pokoknya terang banget deh. Dan pastinya indah sekali. Keindahan itulah yang sampai saat ini masih berkesan buatku.

Dua tahun setelah itu, krisis ekonomi melanda Indonesia. Ironisnya menurut kabarnya keadaan Indonesia sudah kembang kempis sejak peraayaan ulang tahun emas Indonesia tersebut. Ironis karena perayaan yang dimeriahkan oleh limpahan cahaya lampu itu entah menghabiskan dana berapa. Belum lagi acara-acara lain digelar untuk memperingati ‘kemerdekaan’ kita. Meriah dan berkesan buatku. Tapi ternyata hanya fatamorgana. Pertanyaannya kemudian apakah perlu semua kemeriahan itu?

Dalam lingkup yang lebih sempit, lingkungan RT atau RW kadang pertanyaan tentang penting atau tidaknya penyelengaraan peringatan tujuh belasan juga kerap kali muncul. Apakah perlu membuat gapura di depan gang? Apakah perlu membuat acara perlombaan dan apakah perlu membuat panggung hiburan sebagai malam puncak peringatan? Apakah semua itu perlu karena semuanya butuh biaya. Dan sudah jamak, setidaknya di lingkungan yang aku kenal kalau beberapa warga merasa keberatan karena mereka mesti mengeluarkan iuran untuk itu semua.
Kemeriahan lomba buat sebagian anak adalah saat-saat yang ditunggu. Ditunggu hadiahnya, ditunggu kesempatan ikutan lomba, ditunggu bisa main seharian bersama teman. Itu yang ditunggu. Lampu-lampu, umbul-umbul, atau panggung hiburan berkesan buat sebagian orang karena memberi suasana hari ‘merdeka’. Dan tidak ada yang salah dengan itu semua. Yang salah menurutku adalah jika semua itu dipaksakan. Jika memang perlombaan adalah hal yang menyenangkan buat anak, sesuatu yang berkesan buat mereka, bisalah dibuat dengan biaya seminimal mungkin. Pengalaman kemarin jadi panitia perlombaan tujuh belasan, kebanyakan permainan-permainan yang dilombakan tidak butuh dana besar. Yang penting fun dan bisa melatih anak berkompetisi. Soal hadiah yang berpotensi mengeluarkan biaya besar juga bisalah disiasati. Cari sponsor ke perusahaan sabun atau minta tetangga sebelah yang semi pejabat. Semuanya tergantung keadaan. Kalau memang tidak ada dana untuk memeriahkan bulan agustus dengan bendera ya ngga usahlah beli.

Hahaha... aku ngomong begini kayanya mudah saja. Memang ngga mudah hidup bertetangga. Tapi yang aku mau bilang pada anda kalau anda suka keindahan dan kemeriahan tujuh belasan, ya itu bukan sesuatu yang ngga penting. Kadang kita perlu juga melihat keindahan, perlu juga melihat kemeriahan. Tapi semua tergantung keadaan kita masing-masing. Kalau ngga ada ya ngga usah maksa.

9/03/2005

gw baru aja baca blog seorang teman. kawan lama. gw agak terkejut dengan apa yang ditulisnya. tema-tema yang diutarakan bukan sesuatu dari dirinya yang gw kenal. selain itu, gw malah g menyangka dia menyediakan sedikit waktu di tengah kesibukannya untuk menulis.

gw bahkan ngga tau kalau dia suka menulis. biasanya dia cuma duduk diam di dekatku. duduk disamping dan membisu. hening. lalu aku mulai bicara. bercerita tentang pikiran-pikiranku. dia biasanya tetap diam. sesekali menanggapi dengan lelucan. dan kami tertawa bersama. kadang ia bercerita juga tetang hidupnya. tapi semua dengan gayanya. gaya yang khas. tidak berbicara panjang lebar, tapi bahasa tubuhnya yang bercerita. kadang pula ia cerita tentang kesukaannya pada suatu hal. lambat-lambat, tapi gw bisa rasakan kalau ia mencintainya. sepenuh hati.

ketika gw baca blognya, tiba-tiba gw jadi kangen banget sama dia. sudah lama betul kami tidak bersua. gw rindu harum pakaiannya di pagi hari. bau pengharum dan pelembut pakaian. juga rindu bau tubuhnya di sore hari yang bau matahari. kangen juga sama kejailannya, leluconnya yang selalu buatku tertawa, kejeniusannya. hei kawan kapan kita ngobrol-ngobrol lagi? kangen...

Tentang Cinta

Kadang-kadang gw merasa bosan dengan tema cinta. dari gw bangun tidur sampai hendak tidur lagi tema cinta ada di mana-mana. di pembicaraan telepon, sms, televisi, baca blog, obrolan di kampus, radio.. cinta-cinta terus. bosen. kayanya ngga ada tema lain selain cinta yang bikin suasana hidup. tapi biar gw bosen, gw menikmati juga bicara tentang cinta. dipertanyakan, diresapi.. hah.. cinta seperti misteri sepanjang hayat kehidupan manusia yang memang asik buat dibicarakan.

buat dewasa muda seperti gw, tema tentang cinta dan turunannya yaitu hubungan dengan lawan jenis menjadi tema khusus yang lebih sering terdengar daripada tema cinta yang lain. tapi berbeda dengan jaman remaja dulu, tema cinta dewasa lebih berkesan serius. bukan lagi si itu tampan dan si dia cantik tapi lebih dari itu.

belakang, gw memilih diam kalau ada teman yang cerita tetang cinta. gw menempatkan diri sebagai pendengar yang baik aja. soalnya dari yang sudah-sudah gw menyadari biar hari ini berurai air mata besok juga sudah tertawa lagi. cinta ada di mana-mana jadi ngga usahlah terlalu mikirin itu.

Cinta.. oooooo Cintaaaa...

Dari Depok ke Kyoto

ceritanya, beberapa bulan yang lalu ada undangan untuk mengikuti simposium internasional mengenai Tsunami di Universitas Kyoto yang ditujukan ke Universitas Indonesia. pihak rekotrat kemudian meneruskan undangan tersebut kepada fakultas-fakultas di bawahnya termasuk fakultas psikologi. di psikologi undangan tersebut disampaikan ke Pusat krisis. kemudian saya dan dua orang teman lain berniat untuk memenuhi undangan tersebut dengan membuat makalah yang berjudul "Prevention and Mitigation Program for Tsunami Damage". Oleh pihak Universitas Kyoto sudah disetujui. makalah kami akan ikut poster session. lebih lanjut lagi diberitahukan bahwa segala macam biaya ditanggung oleh pihak peserta.

pihak rektorat dihubungi untuk membiayai perjalanan. singkat cerita setelah di pingpong berulang kali, universitas tidak mau membiayai sesen pun karena cukup mahal. kalau dihitung-hitung sekitar 20 juta untuk satu orang. email pun dikirim memberitakan pengunduran diri karena tidak ada sponsor yang mau membiayai. waktu berlalu...

dua minggu sebelum penyelenggaraan ada email dari pihak Universitas Kyoto. mereka bilang sangat mengharapkan kehadiran pihak dari Indonesia untuk berpartisipasi, dan makalah kami dimasukan sebagai pembicara utama dalam simposium itu. mereka juga menyediakan anggaran khusus sebesar 15.000 yen sebagai biaya. setelah dibicarakan, waktu dua minggu tidak cukup untuk mengurus surat-surat keberangkatan karena birokrasi. lalu diputuskan untuk menolak tawaran tersebut.

gw ngga tau kenapa pihak Kyoto baru menawarkan hal itu di saat-saat akhir.. hiks... Kalau kata temanku mungkin mereka baru menyadari kalau tsunami itu terjadi di Indonesia. sebab dari daftar pembicara utama yang dikirimkan pada kami sebelumnya tidak ada pembicara dari wilayah yang terkena Tsunami. pembicara malah berasal dari Amerika (?) dan Jepang.

hiks.. pas wisuda tingkat universitas kemarin, rektor UI sekali lagi mengatakan keinginan UI sebagai Universitas Riset berskala Internasional. gw cuma senyum miris. bahkan untuk membiayai ikut simposium aja susahnya minta ampun. apalagi ternyata kami adalah satu-satunya dari pihak Indonesia yang mendaftarkan diri ikut simposium itu. hiks..

8/31/2005

hai..hai..

entah kenapa, beberapa waktu belakangan ini aku susah banget buka link create di blogger... padahal banyak yang ingin ditulis. beberapa topik mungkin ngga lagi aktual, tapi mudah-mudahan masih masih menarik buat di baca.

8/20/2005

Curhat saja

seharian gw jadi fasilitator untuk program pengenalan perguruan tinggi di UI bagi Mahasiswa baru. ngomong trus, banyak bergerak, bolak-balik... cape...

tapi biar cape, sorenya gw begitu menikmati ngobrol sama seorang teman. hari sabtu yang kesekian kalinya. dan masih saja selalu menarik berbincang-bincang dengan orang ini. ngalor ngidul bicara macam-macam. haaa.. matari bergulir dan makin terglincir ke cakrawala. lantai dua takor makin gelap.. dan kami masih saja asik berbincang.

yang kami perbincangkan masih sama seperti yang sudah-sudah, topik yang sama, tapi dengan beberapa pengetahuan baru, pemikiran-pemikiran yang sebelumnya belum terpikir atau terucap.. makna baru pada sesuatu..

mungkin yang akan gw cintai bukan orang yang sekedar menarik karena ia menantang untuk dicintai. tapi orang yang punya karakter. yang ketika bicara dengan dia, gw merasa mendapat pengetahuan baru-mendapat pencerahan, yang pemikirannya dalam, yang ingin belajar, yang memerdekakan pikirannya, menggunakan kemanusiaannya... hahaha ngomong apa sih ini...?

8/14/2005

Judisium

Jumat kemarin Judisium. saat menunggu itu beberapa orang termasuk saya bertanya-tanya, "ko gw takut ya?" sedikit bingung juga, buat apa takut? nilainya kan udah keluar. apa sebenernya yang mereka takutkan? atau kalau di psikologi, istilah yang tepat adalah cemas karena stimulus yang membuat mereka 'takut' adalah sesuatu yang ada dalam pikiran mereka. lalu apa yang mereka cemaskan?

saya kira yang membuat deg-degan adalah kenyataan kami akan mengetahui sesuatu. dan sesuatu tersebut bisa jadi hal yang menimbulkan emosi-emosi negatif. mungkin hal ini yang menjelaskan kenapa orang me-repress (menekan) kecemasan mereka ke alam bawah sadar. karena hal itu membuat mereka lupa ada sesuatu yang membuat mereka takut. sehingga kemudian mereka merasa 'nyaman' kembali.

dalam kecemasan saya itu, saya baru tau kenapa sebuah sudut ruangan begitu menggoda untuk memberikan perasaan nyaman. kenapa pula posisi meringkung di pojokkan sering ditemukan pada orang-orang yang ketakutan. saat itu saya merasakan, bentuk pojokkan yang terdiri dari dua buah bidang yang membentuk sudut seperti melindungi Diri dari sergapan perasaan takut yang menyerang. sebuah sudut seperti merangkul lo dan berkata semua akan baik-baik saja. sementara posisi meringkuk menambah perasaan nyaman tersebut. saya seperti sebuah kesatuan utuh yang aspek2 dalam diri saling melindungi keseluruhan Diriku. haaaa... nyamannya...

lalu apa yang terjadi dengan judisiumnya? ah namanya juga kecemasan, ketakutan yang kita sendiri yang ciptakan... hehehe..

Gie

Minggu lalu gw nonton Gie. Sayang sekali film yang berbiaya muahal itu buat gw tidak menarik. Gw seperti disuguhi potongan-potongan tanpa benang merah. Gw tidak bisa menangkap apa yang ingin disampaikan oleh film ini. Semua serba tanggung. Jika ingin menampilkan keteguhan Gie di jalan yang diyakininya serta keterasingan dirinya akibat mengambil jalan itu, gw ngga bisa merasakannya. Niko sebagai Gie tidak bisa memerankan Gie yang gw baca dari ‘Catatan Seorang Demonstran’ sebagai seseorang yang penuh gejolak atas ketidakberesan di depannya, yang kritik-kritiknya tajam dan pedas, serta orang yang jernih dalam berpikir. Ketika Niko menarasikan buku harian Gie, gw mendengarnya sebagai seseorang yang sedang membaca, bukan tokoh Gie yang sedang menuangkan pikiran-pikirannya tentang hidup, menuangkan pergulatan pikirnya terhadap kondisi Indonesia saat itu. Secara umum gw ngga bisa merasakan semangat Gie. Semangatnya yang berani mengungkapkan pendapatnya sekalipun resikonya ia terkucil, terasing dari dunia.

Gw juga tidak bisa mengerti jalan film ini. Seperti sudah gw ungkapkan film ini seperti potongan. Belum gw mengerti maksud dari satu adegan, film sudah beranjak ke adegan lain. Film ini katanya memang bukan film sejarah, sehingga peristiwa-peristiwa bersejarah dalam film ini kelihatan cuma sambil lalu. Tapi itu membuat gw tidak mengerti siapa tokoh-tokoh yang keluar di beberapa adegan. Siapa mereka? Apa peran mereka? Adakah hubungannya dengan perjalanan sejarah negri ini, apa kaitannya dengan Gie? Hal itu juga terjadi pada kehidupan cinta Gie. Siapa Wulan Guritno? Kenapa tiba-tiba dia muncul? Bukannya Gie sebelumnya lagi dekat sama Ira? Ah.. tampaknya jika anda tidak mengerti sejarah atau membaca buku Gie sebelumnya, akan sulit untuk memahami adegan-adegan dalam film ini. Kalau menurut saya film ini seperti memvisualisasikan hari-hari dalam buku harian Gie ke dalam film. Terlihat seperti potongan, karena buku harian merupakan ‘rekaman’ potongan-potongan hidup seseorang. Bukan sebuah biografi yang mengalir sepanjang hidup.

Sayang memang jika semangat Gie kurang bisa menular secara maksimal lewat film ini. Tapi gw merasa, dengan adanya film ini jiwa Gie seperti dihidupkan kembali, diskusi-diskusi digelar, bukunya dicetak ulang, media mengulas Gie sebagai manusia yang keteguhannya patut ditiru. Orang-orang jadi bertanya siapa Gie? Siapa tau orang-orang jadi tergugah...

Oia, ada juga yang gw suka dari film Gie. Yaitu waktu tokoh Ira (Sita) menyanyikan lagu Donna-Donna dari Joan Baez... suara yang merdu.. petikan gitar yang bening.. ah.. keren banget!!!!

Ketika Cinta Kita Berakhir

--Oleh Anis Matta

Suatu saat dalam sejarah cinta kita
Kita saling memunggungi
Tapi jiwa berpeluk-peluk
Senyum mendekap senyum

Suatu saat dalam sejarah cinta kita
Raga tak lagi saling membutuhkan
Hanya jiwa kita sudah lekat menyatu
Rindu mengelus rindu

Suatu saat dalam sejarah cinta kita
Kita hanya mengisi waktu dengan cerita
Mengenang dan hanya itu
Yang kita punya

Suatu saat dalam sejarah cinta kita
Kita mengenang masa depan kebersamaan
Kemana cinta kan berakhir
Di saat tak ada akhir

Rumi tentang Hallaj

Ambillah perkataan ini [ana’l-haqq], "akulah kebenaran kreatif." Banyak orang menganggap ini suatu pernyataan besar, tapi mengatakan "Akulah kebenaran kreatif" sesungguhnya merupakan suatu tanda dari kerendahan hati yang sangat ekstrem. Mengatakan "Aku adalah hamba Tuhan" berarti menyatakan bahwa ada dua yang eksis, yang satu dirinya sendiri dan yang lain adalah Tuhan. Tapi ketika seseorang mengatakan, "Akulah Tuhan", itu berarti, "Aku bukan apa-apa. Dia adalah segalanya, tidak ada sesuatu pun kecuali Tuhan, aku sepenuhnya dan mutlak tiada, aku bukan apa-apa", maka kerendahan hati itu pun lebih besar lagi.

--dalam dalam Annemarie Schimmel (1998)

Bagaimana Saya Akan Menulisi Blog Ini?

Pertanyaan itu masih saja sering muncul walaupun saya sudah beberapa kali menulis blog.
Di awal saya membuat blog, seorang teman berkomentar, katanya apa yang saya tulis sama saja seperti yang biasa saya ceritakan ke dia. Cara saya bertutur sama seperti ketika saya berefleksi tentang hidup, ngunandika pada diri sendiri. Dia juga berpendapat bahwa blog hendaknya bisa jadi sarana buat saya belajar untuk menulis. Saya sepenuhnya setuju.


Tidak bisa dipungkiri bahwa komentar tersebut berpengaruh pada saya. Dua komentar tersebut saling berhubungan satu sama lain. Saya menginterpreatasikan bahwa tulisan saya saat itu bukanlah tulisan yang cukup baik. Padahal blog hendaknya dapat dijadikan sebagai saran untuk belajar menulis. Sebelum ia mengatakan itu, saya juga tidak cukup puas dengan tulisan saya di blog itu sehingga saya lalu memutuskan untuk me-delete http://cinintyadewi.blogspot.com. Saya menggantikannya dengan yang baru.

Ternyata pengaruh komentar itu tidak hanya sampai di situ, keinginan untuk membuat tulisan yang bagus untuk dipubliksinya malah menghambat saya untuk menulis. Beberapa kali saya punya ide tapi segera saya kandaskan sendiri. Tak ada publikasi untuk tulisan buruk pikir saya. Begitu seterusnya sampai kemudian saya belajar untuk tidak memikirkan itu dan membiarkan jari-jari saya mengetik apa yang ingin saya ketik.

Sampai hari ini saya masih juga setuju pada pendapat teman saya itu. Blog adalah sarana untuk belajar menulis. Namun yang berbeda saat ini adalah sikap saya terhadap komentar yang pertama. Jika saya menulis seperti saya bercerita pada seorang teman ya memang itu yang ingin saya tulis. Jika kata-kata saya standar dan biasa, mungkin saat ini kemampuan saya baru sampai di situ. Tapi belajar menulis adalah suatu proses. Proses menemukan gaya menulis khas saya. Menemukan cara penulisan yang dapat menyampaikan pesan utuh pada pembaca. Menemukan bentuk tulisan yang mengena, menarik dan sebagai, dan sebagainya. Dan semua itu bisa ditemukan kalau saya mulai menulis. Menulis apa saja yang ada di pikiran saya. Dan membiarkan saya menikmati proses belajar ini. Sampai suatu ketika saya menemukan sendiri apa yang saya cari.

Seperti sudah saya bilang sampai saat ini saya masih bertanya-tanya tentang bagaimana saya akan menulisi blog ini? Tapi bedanya kalau dulu pertanyaan itu representasi dari konflik dalam diri antara keinginan membuat tulisan bagus dengan hasrat untuk menulis apa saja yang terlintas. Dimensinya kualitas. Saat ini pertanyaan itu muncul mengenai apa yang ingin saya berikan pada orang lain. Dimensinya isi. Apakah saya akan menulis curahan hati saya sebagai bentuk katarsis, pikiran-pikiran saya tentang sesuatu, refleksi-refleksi saya pada hidup, hal-hal menarik yang ingin saya bagi, atau apa.. Yah saya juga belum tau. Tapi saya tetap akan menulis apa yang ingin saya tulis. Ngunandika.
Hatta suka sekali membaca, waktu dibuang ke Digul, dia bawa enambelas peti yang isinya buku-buku. Sejak mengeyam pendidikan, dia juga suka menulis. Gie juga suka menulis. Soekarno juga, sampai-sampai dia ditangkap karena tulisannya. Saya lalu berpikir kenapa jaman sekarang, jarang mahasiswa melakukan ‘perlawanan’ dengan menulis. Paling demo di jalan. Mungkin mereka ini seperti saya yang menulis makalah atau skripsi saja membuat takut karena tidak terbiasa.. atau mungkin orde baru telah membungkam bangsa ini seperti mereka ‘membungkam’ Mochtar Lubis. Kebiasaan menulis menguap di angkasa...

8/12/2005

Secangkir kopi dan Obrolan pagi

Taman Korea, Kantin Fisip UI. 08.16

Nona: ini vanilla Latte ya?
Dinda: he eh..
Nona: coba ya.. mmm.. vanila ya? enak..
Dinda: gimana kabar hati lo hari ini?
Nona: ngga tau.. lo?
Dinda: gw merasa lebih damai. gw mendapatkan diri gw lagi. gw yang dulu.
Nona: iya... gw menikmati lagi rutinitas gw seperti semula. skripsi udah selesai.
habis ini mau ngapain..
Dinda: ngga tau.. kerja pastinya..
Nona: gw yakin kita pasti dapat kerjaan yang baik.
Dinda: mmm... kuliah profesi mahal betul.. kapan uangnya ke kumpul ya?
Nona: ... bener loh gw pingin kerja di luar, gajinya lumayan. bisa nabung.
Dinda: iya gw juga... ke Kalimantan..
Nona: gw sih ngga harus ke luar pulau, di Jawa juga mau. tapi yang masih 'Desa'. Ke Surabaya.
Dinda: mmm... Tapi sebenernya gw masih pingin di kampus. haa...

8/11/2005

Hatta


Hari ini, seratustiga tahun yang lalu Muhammad Hatta lahir..

Hatta, bung Hatta, salah satu pahlawan nasional yang paling gw kagumi... kejujurannya, kedisiplinnya, kesederhanaannya, pemikiran dan tekadnya yang kuat untuk membawa bangsa menjadi lebih baik. Membentuk karakter bangsa... katanya, mencari manusia yang pintar lebih mudah daripada mencari manusia yang berkarakter. Manusia yang tidak mementingkan diri sendiri, tetapi mau berkorban demi kemajuan bangsa dan negara. Dan yang paling penting manusia yang tidak rendah diri-Menjadi tuan di negeri sendiri. Manusia yang tidak terlena dengan utang luar negri...

Dua hari yang lalu di tempat nongkrong anak 2001, temen gw menyayangkan pengunduran diri Hatta sebagai wakil presiden tahun ’56. Dia bilang kalau Hatta tidak mundur mungkin dia bisa memperbaiki sistem. Alih-alih negara akan menjadi lebih baik daripada sekarang. Dia juga merindukan sosok pemimpin yang bisa jadi teladan seperti beliau. Dia bilang, bangsa Indonesia saat ini butuh orang macam beliau, pemimpin seperti Hatta. Ah ya..

Sudah bertahun-tahun Hatta wafat. Tapi gw seperti juga temen gw itu masih juga bersedih. Meratap.. seolah-olah Hatta baru saja meninggal. Tapi gw kira kesedihan kami cukup beralasan. kalau diingat, saat ini, siapa sosok yang bisa jadi teladan? siapa yang kejujuran, kedisiplinan dan tanggungjawabnya santer ke seentero negri macam Hatta?
Esoknya di rumah, gw denger satu lagu dari Iwan Fals. Manusia yang berkualitas memang tidak perlu berkata... saya jujur atau saya bijak. Orang lain bisa menilainya sendiri. kualitas manusia berkarakter akan terpancar dengan sendirinya. Ketika mereka tiada, eksistensinya tetap ada di hati orang-orang yang mengaguminya.

Tuhan terlalu cepat semua
Kau panggil satu-satunya yang tersisa
Proklamator tercinta
Jujur, lugu dan bijaksana
Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa
Rakyat Indonesia
Hujan air mata dari pelosok negri saat melepas engkau pergi
Berjuta kepala tertunduk haru
Terlintas nama seorang sahabat yang tak lepas dari namamu
Terbayang baktimu
Terbayang jasamu
Terbayang jelas jiwa sederhanamu
Bernisan bangga, Berkafan doa
Dari kami yang merindukan orang sepertimu...

8/10/2005

Cerita dari MariPro

tadi sewaktu aku ngambil foto di Mari Pro, dengan ramah masnya tanya aku ambil jurusan apa. waktu aku jawab psikologi, dia langsung berbicara tentang Satre, Jean Paul Satre, eksistensialis prancis yang tidak percaya pada Tuhan. masih dengan ramah dia ungkapkan pendapatnya tentang Satre. dia katakan persetujuannya pada pandangan Satre tentang manusia kecuali ketidakpercayaannya pada Tuhan. aku senyum-senyum saja. diam. setelah itu ada Kierkegaard, Camus (Albert Camus), Heidegger yang keluar dari mulutnya. aku masih diam dan senyum-senyum sendiri. takut salah ngomong. akhirnya aku tanya juga, apa dia suka baca buku filsafat atau psikologi, dengan merendah dia bilang "ah.. cuma lewat-lewat gitu aja". hahaha... aduh! sebenernya aku senang banget ketemu dia. rasanya pingin diajak ngobrol aja. tapi aku takut juga. biar dia kelihatan merendah dan bilang tidak tau apa-apa. jangan-jangan bukan dialog yang selevel lagi. hihihi.. takut.

tapi yang bikin senang ya itu, pembicaraan tak terduga dari penjaga studio foto. ah berpendidikan betul. mungkin mahasiswa megister filsafat kali ya? hahaha.... ngga tanya sih. sungkan.

aku jadi sadar kalau orang-orang seperti dia selalu menarik buatku. kalau diingat-ingat orang-orang yang memberi inspirasi dalam hidupku ya orang-orang seperti dia. bisa jadi dia memang penyuka filsafat, orang yang membaca buku-buku filsafat. Tapi orang-orang yang mengkonstruk filosofi hidupnya sendiri juga selalu menarik buatku. mungkin saja dia tukang koran langganan, teman kuliah, teman dunia maya atau orang asing di perjalanan. mereka memberi warna dalam kehidupanku.

orang-orang inilah yang menggunakan akalbudinya, menggunakan 'kemanusiaannya'. memerdekakan pikirannya untuk menjelajah 'Dunia'. memberi makna pada Dunia di sekitarnya, memberi makna pada Dirinya. Dan mereka-mereka inilah manusia yang sesungguhnya.

Self-Management pada Survivor Kekerasan dalam Rumah Tangga

---ABSTRAK---

Survivor Theory mengungkapkan adanya peran aktif perempuan yang mengalami KDRT dalam usahanya menyelamatkan diri dan anak mereka untuk keluar dari situasi kekerasan. Mereka tidak dilihat sebagai individu yang pasif dan menyerah pada keadaan seperti yang diungkap oleh penelitian sebelumnya. Self-management merupakan konsep yang menjelaskan manusia sebagai mahluk yang aktif dalam mencapai tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran usaha-usaha yang dilakukan oleh survivor KDRT dalam kerangka self-management. Untuk itu peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara dan observasi sebagai penunjang. Hasilnya menunjukkan bahwa self-management diarahkan sebagai bentuk respon terhadap kekerasan juga sebagai usaha-usaha untuk mencapai tujuan-tujuan yang paling penting dalam hidup, pengarahan kognisi merupakan bentuk self-management yang dominan digunakan oleh semua subyek. Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan memvariasikan latar belakang pendidikan, derajat kekerasan. Penelitian tentang KDRT juga sebaiknya diarahkan menuju pencarian kekuatan perempuan korban kekerasan dalam menghadapi situasi rentan kekerasan.


Dewi, C. (2005). Self-Management pada Survivor Kekerasan dalam Rumah Tangga. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Bagi yang tertarik untuk mengetahui penelitian ini dapat mengirimkan email ke skripsicinin01@yahoo.com.

Cinin Thanks to...

saya selalu merasa percaya pada diri sendiri. yakin bahwa pusat dunia (dunia diri) adalah diri saya sendiri. yakin bahwa sebuah keberhasilan ditentukan oleh faktor-faktor internal dalam diri saya. saya adalah kapten untuk diri saya sendiri. saya adalah mahluk aktif yang senantiasa menentukan pilihan-pilihan dalam hidup saya. saya menjadi (becoming) karena saya memilih untuk seperti itu. Saya adalah Saya karena saya ingin seperti itu.

Hanya saja tidak bisa dipungkiri bahwa, selalu saja saya merasa ada faktor X yang menentukan hidup saya, ada hal-hal lain di luar diri saya yang menularkan energinya untuk saya serap dan menggerakkan saya. Faktor X itu berdialog dengan Diri saya dan mengajaknya berpetualang di Dunia.

dan pada agen faktor-faktor X itulah saya berucap terima kasih atas selesainya skripsi saya.

Yang pertama dan utama, Tuhanku, Allah sang pemberi jiwa dan pemberi petunjuk.

Terima kasih untuk Mas Aten, Bu Bernadetta, mba Liche, Mba Dini, Mba Tia, Mba Fivi, Bu Mayke, semua dosen serta guru-guru yang telah mengantarkan saya menuju jalan pengetahuan.

Untuk teman-temanku, Dini, Ine, Dina, Dodo, atas semangat, dukungan dan doa yang menjadi energi dikala lelah. Teman-teman sepayung: Arum, Dipan, Darma, Aca, Mas Ari dan Mas Edi. Terima kasih pula untuk seluruh teman-teman angkatan 2001, khususnya Ika dan Wandi serta teman-teman MKT: Alga, Ana, Epi, Eva, dan Nuyi. Juga untuk teman-teman lain di Fakultas Psikologi (Verdi, Kak Surya, Mba Nia, Mba Lela, Mba Novi) dan teman-teman di Pusat krisis Fakultas Psikologi UI (Mba Icha, K Wahyu, Nael, K Eja).

Serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi saya, petugas perpusatakaan fakultas psikologi, petugas lab. Komputer, teman-teman di PKT RSCM, Indok. Jurnal Perempuan, temen-teman di Perpustakaan Kalyanamitra dan teman-teman relawan CC UNICEF Padang Panyang, Aceh.

Terima kasih saya terutama untuk seluruh keluarga, tempat berlabuh dalam situasi apapun. Papa dan Mama, terima kasih telah memberikan kebebasan dan kepercayaan untuk memilih jalan hidup Dewi sendiri. Untuk adikku sayang, Arief (woi, jelek! =p)

dan semua orang yang menularkan insight untuk saya, menularkan kepekaan dan rasa sayang, menampar saya dengan kasih, dan berkata pada saya bahwa saya pasti bisa. terimakasih... =)

semangat!!!

8/08/2005

8/05/2005

modern

pagi tadi gw jemput temen di bandara Soekarno-Hatta. dia naik pesawat jam enam dari Padang. gw berangkat jam enam kurang lima dari rumah gw di bumi Citayam indah. awalnya lancar, jalan menuju stasiun masih lengang dan kereta langsung tiba ketika gw turun dari angkot. tapi setelah gw naik damri dari terminal pasar minggu, waktu berjalan begitu cepat sementara mobil nyaris tak bergerak karena macet. jam delapan teng gw telepon temen gw itu dan katanya udah turun dari pesawat. geli gw. dia udah melintasi Padang-Jakarta sementara gw belum juga sampai bandara cengkareng yang jarak Citayam-Cengkareng berapa kali jarak Padang-Jakarta.

kalau teknologi pesawat terbang dan tumpah ruahnya mobil di jalan adalah simbol modernisasi, maka dampak yang dihasilkan bertolak belakang ya. mobilitas semakin mudah tapi juga semakin sulit. mungkin dikarenakan konteksnya yang berbeda. mungkin dunia sudah dikodratkan untuk seimbang.

8/02/2005

Haramnya Pluralisme

dua hari lalu, Kompas memberitakan fatwa MUI yang mengharamkan pluralisme. saya kaget. di situ dikatakan bahwa setelah mencoba mendefinisikan pluralisme, MUI memutuskan bahwa pluralisme tidak sesuai dengan ajaran Islam. sayangnya tidak diberitakan alasan dari pengharaman pluralisme. sampai saat ini pun saya belum mendapat definisi pluralisme dari MUI, sehingga belum bisa memberi tanggapan atas hal tersebut.

namun saya begitu menyayangkan munculnya fatwa tersebut. saya masih optimis bahwa pluralisme yang dilarang itu bukan sesuatu yang berkaitan dengan toleransi antar agama atau tentang bagaimana kita hidup dalam keberagaman. hanya saja yang saya takutkan adalah efek yang mungkin terjadi dari pengharaman pluralisme. yang saya maksud pluralisme sebagai sebuah kata.

menurut saya kebanyakan orang indonesia bukanlah orang yang cukup kritis dalam menanggapi suatu isu. ketika pluralisme diharamkan saya membayangkan kebanyakan orang indonesia akan menerima fatwa itu begitu saja, tanpa perlu bertanya apa itu pluralisme dan apa yang dimaksud MUI dengan pluralisme. pluralisme adalah sebuah kata yang berdiri sendiri tanpa konsep dibelakangnya. dampak dari haramnya pluralisme kemudian adalah ketika seseorang bersikap positif padanya maka haram juga perilakunya. tanpa memahami jalan pikir orang tersebut atau alasan-alasan yang mendasari sikap positifnya.

8/01/2005

Aku Mahasiswa

Tinggal menghitung minggu dan usai sudah masaku menjadi mahasiswa. Mungkin nanti jika aku ambil S2 Profesi Psikolog, atau ambil program doktoral, statusku juga mahasiswa. Tapi buatku, yang namanya menjadi mahasiswa adalah masa-masa sekarang ini, masa menjadi mahasiswa sarjana. Masa dimana gairah menjadi manusia muda berkobar dan mampu memberikan perubahan. Gelora remaja menuju dewasa awal.

Aku masih ingat ketika menjadi mahasiswa baru. Begitu bersemangat dan bergairah. Bisa jadi karena aku diterima di salah satu perguruan tinggi terbaik di negri ini. Masuk di fakultas yang aku pilih sebagai jalan hidup. Tapi yang membuatku bersemangat adalah anganku bahwa diri ini akan masuk ke dalam lingkungan intelektual yang penuh gairah.

Kegairahan bahwa diriku akan masuk ke dalam lingkungan yang penuh energi dan semangat. Gagasan dilontarkan untuk diwujudkan, Tanya, lahir untuk ditanggapi, Diskusi-diskusi digelar untuk mengasah ketajaman berpikir, pendapat-pendapat diungkapkan tanpa batasan. Semua itu mungkin serta merta karena inilah dunia kampus, dunia di mana kekebasan berpikir menjadi dewa. Dunia dimana kita dihantarkan menuju cakrawala pengetahuan yang lebih luas, untuk kemudian kita memiliki pengetahuan yang kita yakini, prinsip-prinsip hidup yang melandasi hidup kita selanjutnya, bekal untuk menjadi manusia-manusia yang ahli dibidangnya.
Dan kegairahan itu makin menjadi-jadi ketika aku dan para mahasiswa baru UI yang jumlahnya ribuan itu merayakan kedatangan kami sendiri di kampus tercinta, berjaket kuning dalam acara wisuda. Bernyanyi untuk kami sendiri...



Selamat datang pahlawan muda, Lama nian kami rindukan dikau,
Bertahun-tahun
bercerai mata, Kini kita dapat berjumpa pula,
Dengarkan sorak gegap gempita
mengiringi derap langkah perwira,
hilangkan rindu dendam ibumu selamat datang
di Jakarta Rayaaaa.....
Pahlawan Muda.

Ya kamilah pahlawan muda itu. Gaung yang membahana di Balairung yang megah itu, warna kuning menyala pantulan jaket almamater yang kemungkinan besar baru sekali itu dipakai, wisudawan yang kelihatan sumringah dan keriangan yang masih juga memancar dari teman-teman yang sama-sama baru lulus UMPTN serta bayangan akan kehidupan perkuliahan, semua berbaur dan memberi kehangatan dalam hati. Bara yang merah menyala.

Tapi apa lacur? Tahun pertama di perkuliahan mulai mengerogoti kehangatan itu. Angin seperti enggan untuk bertiup sehingga perlahan-lahan bara dalam hati kian redup dan redup.. Tugas, tugas, tugas dan tugas. Di susul oleh ujian, ujian dan tugas. Begitu banyak beban perkuliahan hingga membuat mati semangat ini. Tapi bukan itu hanya itu saja yang membuat angin tiada berhembus, dunia perkuliahan begitu menjemukan! Tiada debat atau diskusi, tiada tanya yang dibalas oleh rentetan tanya yang lain. Dan paling tragis adalah, manusia-manusia yang mengikuti perkuliahan itulah jugalah yang membuat dunia ini mati. Coba lihat, manusia-manusia yang konon pintar karena berhasil terpilih dari ribuan peminat, cream de la cream kata Dekanku waktu itu, manusia-manusia dengan kemampuan intelektual diatas rata-rata, mereka cuma bisa diam dan melongo! Dan lebih parah lagi mereka ini yang mematikan keinginan untuk bertanya bagi sebagian orang yang masih punya semangat untuk ‘mengetahui’, semangat untuk belajar yang sesungguhnya.

Kenapa? Ya betul, karena mereka memandang aneh perilaku bertanya, "buat apa sih nanya hal ga penting kaya gitu?" "Ah..udah abis nih waktunya," "aduh! Jangan nanya dong." Ya. Benar. Dan tumbanglah satu-persatu manusia-manusia kritis dan dengan keinginantahuan yang besar. Makin hari kuliah makin datar, hambar, menjemukan dan melelahkan. Gairah makin susut, digantikan oleh kelelahan yang nyata dan persepsi diri akan kelelahan akibat tugas, tugas dan tugas.

Menurutku sih tugas-tugas di psikologi menarik, analisis kepribadian tokoh atau wayang, analisis perkembangan diri, mengunjungi tempat-tempat macam muara angke atau rumah sakit jiwa, jalan-jalan ke gelanggang samudra di ancol, bikin program kesehatan mental dan lain-lain. Semua memberi peluang untuk membuka cakrawala pengetahuan dan pengalaman menyelami literatur yang berkaitan dengan tugas tersebut. Tapi hampir semua mata kuliah ada tugas. dan itu melelahkan.

Kadang aku berpikir apa yang membuat ini begitu melelahkan? Bebannyakah yang tidak manusiawi atau jangan-jangan kemampuan berpikir aku yang payah.

Entah apa jawabnya, tapi makin lama kemampuan berpikirku malah semakin tumpul. Kegiatan perkuliahan menjadi hal yang rutin. Mengisi IRS dan KRS di awal semester, masuk kuliah ‘anu’ jam sekian, besok kuliah ‘itu’, ada kuis minggu ini dan UTS minggu yang akan datang, kuliah ‘anu’ jam sekian, besok kuliah ‘itu’, nanti mengerjakan tugas ini, setelahnya tugas lain menanti. Tau-tau besok UAS. Tugas-tugas mesti dikumpulkan, belajar mesti digiatkan. Semua nyaris sama.

Apa yang kudapat? Terlalu banyak tugas mejauhkan diri dari buku bagus yang pingin aku baca, membuat aku jarang baca koran, meminimkan waktu untuk sekedar jalan-jalan ke tempat-tempat baru. Apalagi mau belajar membatik, menari, main flute, ikutan teater, atau sesekali menonton puisi di TIM. Ga ada waktu.

Ah ya... sebentar lagi akan berakhir episode ini. Aku bakal sangat kehilangan. Mungkin pula disertai kekecewaan angan-anganku melayang.

Pohon-pohon UI

lagi-lagi, beberapa pohon hutan depan Psikologi ditebang. tepatnya pohon-pohon yang berada di pinggir jalan menuju pintu keluar gerbang UI. sebelumnya sudah banyak pohon yang ditebang setelah peristiwa pembunuhan mahasiswa fasilkom di sabtu sore beberapa bulan lalu. gw sih maklum. kalo tujuannya supaya jarak pandang orang-orang jadi luas dan jelas. jadi kalo ada sesuatu orang lain bisa membantu. sekarang, untuk apalagi pohon-pohon itu ditebang? gw merasa udah terlalu banyak pohon yang dikorbankan.

sebelum peristiwa pembunuhan itu, hutan depan fisip juga udah diperkecil. pohon-pohon di babat habis. dibuat lahan parkir.

Gw senang UI punya hutan yang luas dan lebat. karena itu gw bisa liat tupai loncat dari satu dahan ke dahan lain. bisa lari pagi di bawah rimbun dedaunan. dan di tengah ganasnya geliat kota Depok membangun hutan-hutan beton, gw bangga UI masih ijo royo-royo.

terus, untuk apalagi pohon-pohon itu ditebang? buat lahan parkir mahasiswa dan dosen UI yang kaya-kaya itu? ah... gw berharap pihak universitas sadar kalo Depok itu daerah resapan air.

Rossi oh Rossi

sebel!!! rasanya kaya diberi harapan terus tiba-tiba dirampas! dikoyak-koyak terus di sungkurkan ke tanah!!! sebel!!!!!!!!

padahal gw kira jagoan gw musim ini bisa melengkapi kebahagian gw. jadi juara setelah tampil buruk selama musim ini berlangsung. tapi balapan semalam betul-betul mengecewakan!

yah seri kemarin emang bukan pertama kalinya Gibernau yang udah memimpin berlap-lap pada saat-saat terakhir didahului Rossi. dan gw udah mahfum kalo Rossi emang jenius abis. tapi yang bikin sebel adalah Gibernau begitu bodohnya di awal lap terakhir mengambil belokan dengan begitu lebarnya. mau ngapai sih mister? ngasih Rossi jalan ya?? gedek gw! itu mah g perlu Rossi yang jenius untuk bisa ngedahuluin. gggrrrrr... dan lajulah the doctor. menang. hah. menyesakkan.

kecewa. ada apa denganmu? buruk nian musim ini. ya sudahlah. biar g jadi juara musim ini, masih ada yang tersisa. Ayo Kalahkan Rossi!!!!!!!

7/29/2005

hari ini

hari ini gw sidang. lulus katanya. alhamdulillah.
mampir ke kafe buku.
senja.
lalu lalang kendaraan. alunan musik.
tiba-tiba gw merasa kosong. gw yang dulu.
lalu gw berkabar. aku lulus kataku dengan riang.
dan hati gw tenang lagi.
iya memang sudah lulus.
aku sudah lulus.

hari ini beberapa teman sms, menelpon. memberi semangat dan selamat. termasuk teman-teman lama yang udah bertahun2 g ketemu, atau orang yang udah punya kesibukan sendiri. terharu gw.. ya ampun.. angin apa yang bikin mereka nanyain kabar gw ya? awalnya, buat gw sidang biasa aja. ya setidaknya ini momen pribadi. tapi seminggu ini banyak betul yang nanyain kabar gw.. gw jadi terharu.. hiks... sumpah deh hiks.. huaaaa.... senang betul ya ada yang merhatiin. jadi gw mau berbaginya dengan anda. senangnya. anda senang tidak? hehehe...

7/26/2005

Flu Burung

kabarnya terdapat virus flu burung pada kotoran burung peliharaan sekitar 15 meter dari kediaman keluarga Iwan. keluarga Iwan seperti diberitakan berbagai media meninggal bersama kedua putrinya akibat virus yang sudah dipastikan merupakan virus flu burung.

tadi pagi, om-ku telepon memberi kabar berita itu. khawatir juga mungkin, dia kan punya banyak burung dan ayam di rumah. g tau deh gimana nasib mereka. g di apa2in mungkin. aneh juga sih, ko ya orang yang punya burung malah g kenapa-napa. yang meninggal justru orang yang tinggalnya 15 meter jauhnya. tiga orang lagi. jadi ya.. mau meninggal karena flu burung yah emang udah ajalnya. daripada nyalaihin si burung. kasian burungnya kata papaku.

turrrr...trukk..kuk..ku... rrr....

ups... burung siapa tuh yang berkicau...mmm... "paps, bukannya kita juga punya burung ya di rumah? sekarang ada dua lagi...pap...burungnya kan di impor dari daerah deket Tanggerang....paps, flu burung loh."

-----siiiinnnnggggg-----

wakakakak... ah... biarin deh. gw suka denger kicaunya. kalau gw meninggal gara2 flu burung yah.. emang udah ajal gw. kasian kan burungnya hehehe... tapi kalau ada yang meninggal gara2 peliharaan gw gimana ya? gimana pap? ah... burung-burung perkututku...

7/11/2005

@#*!!)*^%$x!!+!?$#%^^&+(

yah saya di sini. menulis untuk anda, itu berarti saya sedang keluar dari pertapaan saya untuk sementara. arrrggghhh.... pusing!

saya ceritain ya, kalo saat ini saya sudah sampai pada tahap sangat MUAL jika memikirkan tentang skripsi belum lagi jika melihat kertas-kertas berserakan, buku-buku yang tebalnya sebesar batu bata, membaca draft berulang kali, memandangi layar monitor, membolak-balik transkrip wawancara yang tebalnya ratusan halaman, membuat saya ENEG! itu bukan kata kiasan saudara-saudara. karena saya betul-betul ingin muntah. perut saya langsung terstimulasi dan @%&^*#!!!?!@#$%$#.

akhh... berat nian perjuangan ini.

tapi saya takjub dengan kemampuan saya untuk fokus beberapa hari ini. walo itu membuat saya..... arrgghhhh!!!

7/04/2005

'My Secret Admirer' dan Mister yang Jatuh Cinta

gw baru aja baca blog temen. tentang secret admirer si pengagum rahasia. beuh.... gw jadi mikir huaah.. enaknya dikagumi, enaknya dicintai. rahasia lagi! huuu...misterius...

JIKA, gw diteror dgn sms yang isinya puisi cinta, dan sms itu di kirim berkali-kali, sampai memenuhi inbox, diteror dengan miskol-miskol berulang kali dari nomor tak dikenal maupun tidak ingin dikenal, jujur aja, gw merasa senang. walaupun mungkin gw ngga tau siapa peneror itu. tapi gw merasa bahagia. bahagia manusia yang dicintai.

dicintai memang bikin bahagia. bayangin aja ada yang mencintai lo! yah walaupun belum tentu sms atau miskol itu menandakan seseorang sedang mencintai diri lo atau mengagumi lo.. tapi mmm..... gila aja ada orang yang kurang kerjaan membuang pulsanya cuma buat sms ngga penting atau diem doang di telepon buat gw.. hmm.... menyenangkan sekali. lalalala..... yah itu dari segi materi yang berwujud pulsa. yang bikin ge er lagi adalah pastinya orang ini menyisihkan sedikit banyak perhatiannya buat gw. mmm... it's so.... sweet.. hehehehehe...

tapi ko rasa bahagianya ngga lama-lama ya. abis itu ya udah. sapa juga mereka. kalaupun kemudian gw tau siapa mereka, gw bertanya adakah rasa lebih dalam hati gw. ngga ada. ya udah. semua jadi basi. krik..krik..krik.. jadi dicintai bukan lagi sesuatu yang mutlak membahagiakan. ada faktor lain. siapa yang mencintai lo.

dan gw jadi inget kalau cinta memang tidak adil. ya iyalah. cinta sama keadilan itu dua konsep yang berbeda, ngapain di satuinn. cinta itu memang memihak. ngga mungkin kan lo menerima cinta semua orang yang mencintai lo. atau lo mencintai semua orang. walaupun pada kasus-kasus khusus lo bisa mencintai lebih dari satu orang dalam waktu bersamaan, tapi ngga semua orang kan istimewa dalam kadar yang sama di hati lo. yah cinta memang memihak. memihak pada orang yang lo cintai.

***

ngomong2 soal cinta, finally, setelah beberapa minggu ini, dunia dipenuhi aroma patah hati, ada juga yang jatuh cinta. yah sebut saja mister XYZ. mister ini betul-betul lagi jato cinte. bayangin aja, tiap ngobrol sama gw yang diomongin cuma cewek ini aja. sampe bela-belain nelpon interlokal cuma buat laporan tentang kisahnya seminggu ini bersama cewek pujaan hati. dan jadi rajin meng-sms gw cuma buat numpahin uneg2.

yah namanya juga orang jatuh cinta, hal kecil juga jadi besaaaaaaaaaaaarrr. masalah smsnya ngga dibales bikin uring-uringan. makan-tidur ngga enak. yang biasanya cuek ngga ada pulsa jadi diusahakan pulsa selalu terisi. pokoknya jalur komunikasi dengan cewek ini harus selalu terpelihara.

tapi implikasinya ya itu, jadi suka uring-uringan. kerjaannya menganalisa, 'ko dia begini ya', 'gw ada salah apa ya?' aduh! jangan tanya saya tokh mister. saya juga ndak tau. tapi sering juga hasil analisanya membuat mister xyz senang. wuih kekasih pujaan hati ko seneng betul ya deket2 saya. aduh....! mau bilang jangan ke ge-er an, nanti taunya gw yang salah. jadi ya gw dengerin aja deh.

sambil menikmati senyum yang ada si bibirnya saban kali cerita tentang cewek ini. menikmati juga uring2annya sebagai hal yang lucu. dasar penyakit orang jatuh cinta. sambil gw bersiap2 membuat ramuan patah hati. yah sedia payung sebelum ujan boleh kan. wakakakak.... tapi... wish you luck mister....

7/01/2005

Membaca Catatan Seorang Demonstran

saya baru membaca pengantar Catatan Seorang Demonstran dari Soe Hok Gie, ketika saya tidak kuat menahan air mata saya. konyol. ya betul-betul konyol. pertama, karena saat itu saya sedang berada dalam kereta api. yang sayangnya sedang kosong. seorang ibu yang duduk depan saya tersenyum. dan seorang bapak yang berdiri di depan saya memandang heran, mungkin bertanya-tanya. kedua, saya merasa begitu bodoh karena secara spontan mengeluarkan air mata hanya karena tuturan Arief Budiman kakak Gie ketika ia meninggal. konyol karena, saya merasa begitu cengeng.

kemudian saya berhenti membaca. mungkin yang membuat saya meneteskan air mata bukan rasa sedih yang menguap dari kalimat-kalimat yang di tulis Arief Budiman. tapi lebih dalam dari itu.

membaca pengantar-pengantar dalam buku itu membuat saya berkaca. semangat Gie untuk mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya walaupun membuat dirinya 'sendiri' kontras sekali dengan kekosongan yang saya rasakan beberapa tahun belakangan.

saya merasa jiwa saya kosong. saya seperti manusia tanpa tujuan. seperti zombie yang bergerak entah di stimulasi oleh apa. saya seperti mayat hidup yang menjalani hari-hari hanya untuk menggenapi naskah kehidupan. menjalani hari-hari karena kau harus menjalaninya. perjalanan yang mesti di lewati untuk kemudian mati.

pagi di hari yang sama saya membaca buku itu, saya merasa ada yang redup dalam diri saya. semangat hidup. vitalitas untuk menjalani hari. segalanya redup. tujuan hidup saya, apa yang penting untuk saya, kepedulian saya, semangat untuk berprestasi, semangat untuk belajar, redup pula keinginan saya untuk melakukan sesuatu karena saya punya keterampilan untuk itu, redup pula keinginan saya untuk jadi bagian dari dunia yang indah ini. semua redup. nyaris padam.

saya merasa apa yang saya pelajari sudah cukup, saya sudah cukup punya kawan, saya sudah cukup melihat dunia. mungkin saya cuma ingin sendiri.

tapi kekosongan itu membuat saya tidak nyaman. bukan ini yang seharusnya saya jalani. hidup ini harus di buat berarti bukan? dan semangat Gie seperti menohok diri saya. menampar saya. apa yang sudah saya lakukan di masa muda saya?

Ada juga satu kalimat dalam kata pengantar dari Dekan F. Sastra waktu itu yang membuat saya berpikir. kalimat itu kira-kira begini, mahasiswa adalah masa peralihan di mana nantinya kita mahasiswa ini dituntut menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. ya saya setuju. apa yang membuat beberapa mahasiswa begitu sulit menyelesaikan skripsi? karena setelah lulus mereka akan jadi manusia yang punya tanggung jawab lain. saya mengamati orang-orang sekeliling saya, kebanyakan mereka sedang bertanya, mau apa setelah ini, apa yang penting dalam hidup ini, untuk apa kita jadi manusia, mengapa dunia begitu membingungkan, pertanyaan-pertanyaan itu membuat beberapa orang menjadi lelah dan kemudian nyaris menyerah. menjadikan mereka zombie-zombie seperti saya.

dan ini memang masanya.

****
dan aku jadi ingat kamu. dulu ketika melihat seseorang punya skill kepemimpinan yang baik, cerdas, bekerja secara kongkrit, sangat potensial untuk menjadi orang sukses kita bilang mereka akan jadi orang besar. tapi saat ini aku ragu akan hal itu. mereka akan jadi hebat jika mereka melewati masa ini dengan gemilang. itu keyakinanku sekarang.

melihat sekeliling termasuk melihat aku dan kamu membuat aku sadar memang ini masanya. masa dewasa muda bukan cuma sekedar masa yang digenapi dengan mempunyai pasangan intim sebagai belahan jiwa. mengisi kekosongan yang jamaknya lebih terasa kosong di masa dewasa muda di banding tahap perkembangan lain. bukan itu saja. masa ini adalah masa kita mencari jawaban-jawaban tentang akan kemana hidup kita, apa yang penting dalam hidup ini, bagaimana aku akan menjalani hidupku.

termasuk pula masa kita belajar menerima bahwa setelah ini kita adalah manusia yang mau tidak mau dituntut untuk bertanggung jawab. bertanggung jawab terhadap kelangsungan generasi kita, bertanggung jawab untuk menjadi generasi yang menggerakan dunia, bertanggung jawab pada manusia-manusia pendahulu kita. bahwa kita tidak bisa menjadi anak kecil yang bisa main di padang, pulang, tidur dan main lagi keesokkan harinya. ya semua itu aku paham betul. tapi itu pula yang membuat aku lelah. masa ini... masa penuh pertanyaan, dan ujian.

dan aku jadi ingat kamu. yang katanya mau menyerah saja. ah aku begitu pula.... masa ini, ingin segera ku akhiri...

tapi aku juga mau bilang, jangan menyerah yuk. kita pasti temukan jawabannya, lewati ujian ini. mungkin kita tidak di takdirkan untuk menjadi orang hebat yang namanya berkumandang. lagian buat apa artinya kumadang nama. tapi jika kita 'lulus' di masa ini, setidaknya kita mati untuk berarti.

walaupun aku juga tak tau bagaimana kalahkan kekosongan ini, bagaimana mengembalikan cahaya yang nyaris padam. aku juga ngga tau...

6/30/2005

hal yang paling saya tidak suka adalah jika ada orang yang begitu egois sehingga tidak memikirkan orang lain. keadaan itu selalu membuat saya merasa tidak nyaman dan marah. begitu kesalnya sampai-sampai saya ingin melakukan perbuatan serupa kepada orang itu. dengan harapan perlakuan itu akan membuat dia merasakan sakitnya diperlakukan seenaknya. walaupun saya sepenuhnya sadar bahwa yang saya lakukan belum tentu memberi efek seperti yang saya harapkan. tapi kekesalan dalam hati saya menuntut saya melakukan hal itu.

konflik dalam diri saya tentang baik-buruknya jika saya mendendam seperti itu, membuat saya menjadi tidak asertif. kadang saya menjadi submisif dan kadang menjadi agresif. menjadi submisif jika kemudian saya mendiamkan perbuatan tersebut dan menyimpannya dalam hati. kekesalan itu kemudian seperti koreng yang membuat tidak nyaman. begitu lama kering dan mengundang lalat merubung.

tapi belakangan, saya merasa menjadi mudah sekali berkonfrontasi. jika ada sesuatu yang tidak saya suka maka akan saya bilang terus terang. seberapa menyakitkan saya seperti tidak peduli. saya tidak peduli seperti mereka juga tidak peduli orang lain. saya tidak peduli kata-kata saya membuat mereka membenci diri saya. saya tidak peduli perlakuan saya membuat mereka sakit hati. saya menjadi sangat tidak perduli. manusia-manusia membuat saya muak, seperti kemudian saya muak terhadap diri saya sendiri. dunia penuh ketidakpedulian. dan saya menjadi bagian dari dunia ini.

kadang saya tidak habis pikir mengapa orang lain bisa begitu tidak pedulinya terhadap orang lain. saya tidak juga mengerti mengapa orang lain menjadi beku hatinya. menjadi manusia-manusia tanpa pekerti. menjadi seenaknya tanpa memikirkan orang lain. korupsi bagi saya contoh yang begitu jauh, tengoklah sekeliling. seberapa orang peduli terhadap temannya yang sedang bersedih. seberapa peduli mereka bahwa kata-kata yang di keluarkan begitu menyakitkan dan menghina. berbagai macam teori yang menjelaskan prilaku tersebut tidak memberi saya pemahaman mengenai fenomena yang saya lihat tersebut. karena dalam keyakinan saya manusia seharusnya tidak berlaku seperti itu.

sampai kemudian saya sadar bahwa mungkin selama ini konsep manusia yang ada dalam pikiran saya adalah salah. bahwa manusia adalah baik adalah suatu kekeliruan. bahwa manusia mencintai manusia lain adalah kebohongan. kemiskinan membuat orang lain buta, stres bisa menjadikan manusia lebih rendah dari binatang.

tapi kenapa masih ada orang-orang yang peduli terhadap orang lain. masih ada orang yang selalu belajar memahami orang lain. belajar bahwa kita hidup bersama. dan keegoisan hanyalah sesuatu yang merugikan diri dan orang lain. ketidakpedulian hanya membuat kita semakin miskin jiwanya. merasa kosong dan sepi. masih ada nurani yang mengingatkan tentang kebaikan universal.

sampai saya pada suatu kesimpulan bahwa manusia memang punya kecenderungan untuk menjadi baik dan jahat. manusia bukan dikotomi. kumpulan mahluk baik atau jahat. bahwa manusia selalu punya nurani dan juga nafsu. jalan hidupnya tergantung pada apa yang ia pilih. dan saya yakin manusia adalah mahluk yang selalu di hadapkan pada pilihan dan diberi kemampuan untuk memilih.

walaupun ketidakpedulian orang lain tetap membuat saya kesal, tapi saat ini saya menyadari bahwa memang begitulah manusia. bahwa manusia menjadi brutal dan kejam adalah hal yang 'wajar' bahwa manusia memang punya kecenderungan untuk itu. kesadaran ini membuat saya lebih mentoleransi ketidakpedulian orang lain. mencoba memahami mereka yang memilih untuk memenangkan nafsunya, memenangkan dorongan-dorongan ingstingtifnya.

sementara dalam hati saya, saya masih meyakini bahwa kebaikan membuat hidup menjadi lebih berarti.

6/28/2005

skripsi...

saudara cinintya, coba anda sebutkan hal-hal apa saja yang menghambat skripsi anda..

mmm, pertama malas, kedua sindrom para under achiever, ketiga rasa kantuk yang berlebihan, keempat kurangnya motivasi, kelima pemadaman listrik yang sering terjadi akhir2 ini...

hahahaha... nih blog isinya cuma apologia doang.

ayo dong wi...
iya..

semangat!!
iya...
...tapi...
ngga ngaruh kayanya... smua datang dari dalam hati. dan gw kehilangan jiwa meneliti...

6/27/2005

Kyoto oh Kyoto...

6/22/2005

Panggil Aku Ibu

anakku, panggil aku ibu.
bukan mama, seperti aku memanggil mamaku.
panggil aku ibu, bukan bunda seperti kawanmu itu.
panggil ibu saja padaku.
.ibu.
ya... itu aku.

6/20/2005

perpustakaan, 20 Juni 2005

"kamu kangen juga ya sama Guntur?
"mmm..."
"toh temen-temen juga yang ngancurin dia!"
...saya tersenyum miris....

ini adalah sesuatu yang dari dulu pingin saya omongin.. tapi ko ya ngga keluar ya..

tau kan kalau mas Guntur penjaga Lab. komputer kita tercinta udah ngga nongkrong di mejanya... ya, dia ini sudah ngga kerja lagi... yah mas Gun emang bukan orang yang tegas... tapi kita juga kelewatan kadang atau bahkan sering. kita malas isi daftar hadir, malas naro sepatu di loker, apalagi naro KTM...

yah begitulah.. yah terlambat juga ya saya ngomong kaya gini... maunya sih saya berkata sinis, wah mahasiswa yang idealis di manakah kalian... wah saya juga mahasiswa, tapi ko ya ngga mau ditambah embel-embel idealis. saya juga sering males...

pastinya, perpaduan antara personal karakteristik mas Guntur dan kemalasan kita berdampak pada tutupnya Lab. Kom. tepat jam empat...

Obrolan Danau II

-Gimana perasaan lo?

--Patah hati....

sinar matahari sore jatuh ke muka danau... angin berhembus...
danau beriak berkilauan... dentang pintu kereta di tutup... dering sepeda tukang siomay menghampiri... dari kejauhan kereta menderu lewat...

air berkilauan.. dentang pintu kereta.. dering sepeda menghampiri.. deru kereta lewat..

kilau air, dentang pintu, dering sepeda, deru kereta... patah hati ini...

rumput hijau.....

******
-ke Gramed sekarang yuk.

--yuk...

Obrolan Danau

gadis: eh apa yang mau lo ceritain?
nona: lo suka ngerasa kesepian ngga sih...? kosong.
........lo ngerasa aneh ngga sih ada di sini? aneh aja.
gadis: maksud lo?
nona: ya ngerasa aneh gitu...gw ngerasa aneh aja ada di sini.
.....katanya Tuhan ada di hati kita. dalam diri kita. tapi ko gw merasa berjarak ya?
Tuhan ada di luar diri gw. dia ada di sana bukan di sini.

angin berhembus... danau beriak...
................
gadis: lo kenapa diem aja? what are you thinking about?
dinda: Tuhan ada di mana...?
gadis: Tuhan ada di 'Arsy.
kalau ada yang bilang Tuhan ada di mana-mana, menurut gw itu salah.
dinda: mmm.... mungkin ngga sih, kalau kita bilang itu salah disebabkan karena konsep keruangan yang kita punya hanya sebatas pemahaman kita sebagai manusia. Tuhan ada di suatu tempat berarti tidak ada di tempat lain......?
gadis: mmm...mungkin...

Allahuakbar..Allahuakbar..

nona: Kalau gw denger azan... gw ngerasa..............
terus gw ngeliat langit... langit kelihatan berjiwa....seperti punya jiwa...

angin berhembus... danau beriak...

6/19/2005

Gw patah hati...

6/17/2005

Berita dari Fatah!!!!!!

....pagi-pagi ada telepon masuk...
-----------
Al Fatah Calling....
-----------
hua...Assalamualaikum, bang!!! Apa kabar Aceh???
kabar baik bu... gimana kabar temen-temen di sana?
Baik..baik.. Mba Umi mau sidang Juni ini loh!
wah... skripsi bu Dewi gimana?
hahahaha pokoknya sidang Juli deh.. Ine juga...
lama ya ngga ada kabar..sebulan, dua bulan ngga telepon..
iya.. ada berita apa di Children's Center Nagan?
sekarang kita mau bikin sub CC, di Padang Rubee, sama di Cot mee. kebetulan saya yang tanggung jawab untuk yang di Padang Rubee. dan bu Sally di Cot mae. kapan ke Aceh lagi..?
ngga tau.. kemarin sih ada yang nawarin.. si Fajar juga udah nanyain... ngga tau deh.. lulus dulu... haaa... belum diputuskan... kangen nih sama langit di sana...
langit..? hehehe.... masih indah kaya dulu... aduh bu, kalau ke Cot mee..indah betul tempatnya... ke sinilah..
hehehe... temen-temen gimana?
baik-baik aja. ada orang-orang baru sekitar sepuluh orang. jadi ada 29 orang di CC Nagan.
orang-orang lokal?
ada orang lokal ada juga orang provinsi, dari banda...
di sini udah mulai musim hujan. di sana gimana?
di sini juga. semalam ada badai. tenda di sini sudah robek-robek.. yah namanya sudah hampir lima bulan. kalau di CC lain lebih parah. tinggal rangkanya saja. jadi di tutup dengan triplek..
apa aja kegiatan di sana?
wah rame bu Dewi, ada outbond, macam-macamlah. sekarang fokusnya ke remaja.
masih bagi2 nutrisi buat anak-anak?
ngga... sudah dihentikan. orang-orang, kebanyakan sudah kembali ke kampungnya.
oo barak sepi dong.
sekarang yang pegang anak-anak, JRK (Jaringan Relawan Kemanusiaan, NGO selain UNICEF-cinin) bu Dewi. mereka jemput anak-anak dengan mobil ke kampung.
huk..uhuk...
batuk bang... gimana ngga coba, tidur di tanah mulu... tambah kurus lagi.. hehehe....
bukan itu si Ambon... ngga ko sekarang sudah di kasih papan untuk tidur...
ooo.. bagus de... oia, Fajar balik lagi Ke Nagan hari ini kan? malam minggu kemarin aku ceting sama dia.
wah ada suara burung perkutut..?
hehehe.. iya...
wah enak banget kedengerannya...
iya dong....
...dan bla..bla...bla...


aku tak bisa luluhkan hatimu
dan aku tak bisa menyentuh cintamu
seiring jejak kakiku bergetar
aku tlah terpagut oleh cintamu
menelusup hariku dengan harapan
namun kau masih terdiam membisu

wuih... hari ini lagi-lagi aroma patah hati...why..why..why...?

yah seperti kata teman gw semalam...

Kita memang tidak selalu mendapatkan apa yang kita INGIN-kan. tapi, kita pasti selalu mendapatkan apa yang kita PERLU-kan.

ya... begitulah isi sms bijak yang sebenernya mungkin salah alamat..(ups!..hehehehe..). mungkin berguna buat anda, mbak, mas yang sedang patah hati...

yah...patah hati...bukan mau bersenang-senang sementara orang lain berduka... tapi di tengah aroma patah hati dari sekian orang di hari ini... gw merasa sedang bahagia!! dengar sodara-sodara, bahagia!!!

haaa.... cuaca cerah di siang tadi. langitnya biru jernih, awan putih bergumpal-gumpal, daun-daun kelihatan hijau segar. haaaa... indah banget ngga sih???!!!!

hari ini gw beristirahat dari membuat verbatim wawancara yang melelahkan!, pergi ke Glodok sama Dini. sebentar mencium aroma asap knalpot dan bau got khas kota Jakarta. sampai di UI, ternyata hujan baru reda... sorenya, minum kopi sambil ngobrol sama Ikhlas di kedai Bobby, Peron Jakarta st.UI... haaaa...

dan si Bobby berdendang dengan gitarnya...

I came along,
I wrote a song for you,
And all the things you do,
And it was called "Yellow"

So then I took my turn,
Oh what a thing to have done,
And it was all "Yellow"Your skin.......

cahaya matahari masuk ke sela-sela pohon..tetesan air hujan berkilauan... bising kendaraan...kereta ekspres lewat yang secepat kilat...
....nguenggggg....!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
gw liat temen-temen gw... masih sama kaya waktu SMA.. tapi beda juga sih..

Bobby yang dari dulu pingin punya usaha sendiri, sekarang dah punya usaha... Ikhlas yang makin lebat aja janggut dan kumisnya..dan perutnya yang semakin..Beeeep hehehe... udah kaya bapak-bapak...

......Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya
AKu terus berjanji tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuh maumu.....

mungkin, jika pertemanan ini direntang hingga beberapa tahun lagi... gw bisa liat dia jadi bapak. memberi keponakan buat gw.. ah ya... tapi masa depan siapa juga yang tau...

jadi... gw nikmatin aja. saat masih ada kesempatan bertemu Ikhlas, mendengar Bobby bermain gitar, jalan-jalan sama Dini..ah..dinikmatin aja...

tau rasanya?....nikmat....

6/13/2005

Patah Hati

sebuah sms yang mampir beberapa hari lalu...

WHAT IS LOVE cinta adalah laksana angin menembus titian hati.
cinta ad'h perasaan!, ia malu nampkn wujudnya,
dg cinta insan takluk dunia. & cinta adalah kebahagian b'la saling menjaga k'utuhannya. cinta adlh kephtn. karna insan saling terluka. hitam putih gemerlap dunia, ttp mengapa kita hirauknsmua itu. nmn org prcayainya.
cinta bak misteri tak terpecahkan.ia b'rirsygb'rbeda&srbu mkna.inikah dunia cinta manusia?TLG jwb puisi ini?
From:+6285260xxxxxx
8:18

ngga tau siapa yang kirim puisi itu. nomor tidak di kenal. o852..60?mmm... nomor kartu As Sumatrakah? ada teman di Aceh yang punya nomor kartu As berawalan 60... ah ngga tau gw..

bingung gw baca sms itu. gw kesulitan mencari makna di dalamnya. tapi dari dulu gw selalu ingin ada orang yang ngirimin gw puisi untuk dijawab. dan coba lihat, dia minta tolong, masa ngga gw balas? jadi sorenya setelah gw baca berkali-kali. gw balas juga.

cinta tentu rasa... tak bisakah cm itu jwbnya? ah entah. pastinya cinta bknku patah hati. taukah kau bgmn rasanya hai org tak dikenal? sakit....

kurang estetis. tapi saat itu cuma itu yang gw bisa.

sebenernya gw ngga lagi patah hati. tapi hari itu kepatahhatian seperti menguap kental di udara. memenuhi rongga dada gw.

apa pasal? pagi buta gw dibangunin suara telpon. di ujung sana, seorang manusia mengaku hatinya patah karena bermain jeram. siangnya gw wawancara. subyek gw dengan leleran air mata di pipi, bertutur tentang kehancuran hatinya. harapan akan perkawinan yang bahagia kandas...dan keriangan orang jatuh cinta pupus di tekan ketakutan yang membuat gentar... dan sepulang wawancara ada sms yang masuk:

subject:interupsi wa2ncara
Msg: Puatah hati
hiks....pawtah hati
hiks....knapa slalu
bgini...hiks..knp sala org mulu hiks.....hiks

dan ini dari orang yang berbeda yang menelpon pagi tadi... mereka orang-orang yang patah hati hari itu. yang aku tahu. dan setiap hari selalu ada orang yang patah hati. seperti juga kematian.

jatuh cinta membuat hidup ini berwarna dan bahagia. dan patah hati membuat dunia menjadi suram dan sendu. tapi suram juga warna. kelabu juga sebuah warna. biar saja hari ini berlalu. pasti ada kebahagian di ujung sana....

6/12/2005

Malam Ini Bulan Sabit

sewaktu di Aceh, Mba Umi, teman relawan dari Pusat Krisis Psikologi UI mengajariku lagu ini:

bulan sabit di awan
laksana prahu emas
berlampu bintang
berlaut langit
jauh di angkasa luas

betapa senang hatiku rasanya menjadi nahkoda di sana

lagu itu, lagu anak-anak. iramanya indah menurutku. sayang tak bisa kudendangkan di sini.

gw jadi inget, dulu satu malam di Aceh ketika bulan sabit, sempat ada ribut-ribut. Laut pasang. orang di sekitar pantai panik. ada tsunami lagi katanya.

pada saat bulan purnama dan bulan sabit, laut memang menjadi pasang.

malam itu ketika isu tsunami membuat resah sebagian warga, daerah kami tenang-tenang saja. untuk menjaga ketertiban dan mencegah kepanikan meluas, beberapa ABRI dan petugas bersangkutan berkeliling menjelaskan kepada warga.

rombongan itu sampai juga ke tenda kami. malam itu, pertama kalinya aku lihat tentara membawa senjata. kedatangan mereka, menurutku, malah membuat situasi sedikit mencekam. dan baru saat itu, aku sadar aku di daerah konflik.

malam ini, bulan sabit lagi. Aceh. bagaimana kabarmu?