4/30/2005

seandainya....

Seandainya langit selalu biru, dan matahari tidak pernah gersang
Seandainya angin selalu hijau dan hujan tidak kelabu,
Seandainya ombak selalu alun dan karang tidak terjal,

Seandainya aku tahu apa yang aku mau, dan apa yang kamu mau,
Seandainya aku tercipta untukmu, dan kau tercipta untukku,
Seandainya aku tidak menuntut dan kau tidak meminta

Seandainya cinta berwarna putih dan asmara berdenting gita,

Seandainya mawar seindah dan semerbak melati,
Mengapa hidup tidak bisa dijalani dengan berandai-andai?

guntur, 2005
---------------
seandainya langit selalu biru, tiada lelap yang membuat diri memimpikanmu, sementara dingin membekukanku untuk menggapai tanganmu

terang benderang membuat dunia begitu menyilaukan sampai aku buta dalam kebersamaan

dan bahtera kita akan terus menerus terombang-ambing dan tiada pasak tuk mengait

abu-abu membuat dunia bertambah warna, kelabu membuat diri merenungi hari
seandainya aku tercipta untukmu lalu nasibku siapa yang punya?

Pernahkah warna-warni dunia, komposisi yang seimbang ini menyilaukanmu?
Jika cinta seperti angin bukankah itu irama jua

ahhh....Sayangnya aku mawar dan kau tak bisa berandai-andai

cinin, 2005

4/29/2005

haahhhh...

untuk kedua kalinya setelah pulang dari aceh aku mampir lagi di Gramedia, Depok. ada buku yang mau aku cari. buku untuk Nurma dan abang Tahir.

waktu cari-cari buku di bagian anak-anak.. haaaaaahhhh.. hati ini rasanya bunggah betul.. saat ini ada banyak buku edukatif untuk anak. dari buku cerita yang mengajarkan nilai-nilai moral, buku tentang pengetahuan alam, tentang nabi-nabi dan para sahabat, tentang agama.. dan semuanya begitu menakjubkan.

ya menakjubkan. di banding 4 tahun lalu, buku-buku anak sekarang lebih variatif, tampilannya juga lebih menarik. kualitas kertas yang bagus. dan kadang tidak perlu membayar mahal untuk didapatkan.

tapi yang membuat hati ini bunggah adalah... semakin banyak buku anak yang menarik.. membuat aku berandai-andai dapat membcakan cerita-cerita itu pada anakku saat mereka hendak tidur... mengajarkan bagaimana berwudhu itu, bercerita mengapa langit berwarna biru dan air mengalir dari tempat tinggi ke tampat rendah, bercerita kalau dunia itu bulat dan semesta ini berisi bintang yang begitu banyakknya. haaaaahhhhhh....

4/03/2005

di samping gw

Di samping gw sekarang, ada Dipan.

Dini, "Kutanya Kabarmu Kawan"

Minggu pagi ini, langit Depok cerah berawan. Aku menulis buatmu kawan, ditemani secangkir besar teh hangat dan alunan musik jazz dari radio.

Bagaimana kabarmu di Aceh sana? Seperti apa langitnya pagi ini? Kau bilang hari ini kau akan ke pantai. Sudah sampaikah kau di sana? Seperti apa pantai yang kau kunjungi itu? Putihkah pasirnya? Kuatkah hempasan ombaknya? Udara yang kuhirup pagi ini, seperti pagi-pagi sebelumnya masih sama segarnya. Dan bagaimana dengan udara pantai yang kau hirup? Berbau lautkah? Asinkah terasa di mulut? Angin di pantai itu seperti apa belaiannya? Sanggupkah membuaimu hingga terlelap? Lalu, apakah angin itu membawa pesan dari tengah samudra sana? Bahwa hidup akan terus berlanjut. Mimpi akan tetap dikejar, dan cita-cita akan tetap digapai. Tak peduli sedahsyat apa pun bencana yang telah mengoyak Tanah Rencong.

Kemaren malam, sepulangnya dari menonton konser bilik musik, aku menengadahkan wajah memandang langit. Jauh di angkasa sana aku melihat bintang. Lebih terang dan lebih banyak dari malam-malam sebelumnya. Memang, dua hari terakhir, langit Depok cerah tak berawan. Cakrawalanya biru dan matahari bersinar terang benderang. Aku yakin, langit Aceh berbintang lebih terang dan lebih cemerlang di saat malam. Karena pastinya, langit sana masih bersih, udaranya tidak sekotor udara kota ini.

Dua belas hari lagi kau akan kembali ke kota ini. Kembali ke kehidupanmu yang lama. Kembali ke rutinitas lama dengan meninggalkan rutinitas baru yang sempat kau jalani selama satu bulan. Kau bilang kau akan sedih meninggalkan anak-anak yang kau temui di sana. Anak-anak tampan dengan lirikan matanya yang tajam. Anak-anak yang sudah kau akrabi sekaligus kau cemari dengan logat Bojongmu.

Sempatkah kau menabur sayang? Menanam cinta dan menambatkan hatimu pada anak-anak itu? Sayangnya, sebelum sempat menuai hasil, kau mesti meninggalkan mereka. Tapi, bukankah hidup memang seperti itu kawan? Orang-orang datang dan pergi. Singgah dan berlalu dalam hidup kita ini. Kita pun begitu. Mampir sesaat di beranda hidup orang. Terkadang kita masuk lebih dalam. Namun pada akhirnya, kita juga akan meninggalkan hidup mereka. Hanya saja, wajar kita berharap, kehadiran kita yang sekejap mampu membawa tawa dalam hidup mereka. Mampu melipur lara hati mereka. Mampu menjadi matahari yang menerangi atau menjadi hujan yang membasahi kembali setelah hidup mereka sempat dilanda kemarau. Seperti itukah kehadiranmu kawan dalam hidup anak-anak itu? Menggoreskan warna dalam lukisan hari mereka. Mendentingkan tawa dan mengalunkan bahagia. Meskipun sekejap, hadirmu memberi arti. Semoga kawan.

Dan di kota ini, kutunggu hadirmu. Kutunggu ceritamu. Oh ya, jangan lupakan oleh-oleh untukku dari ujung pulau Sumatera itu. Mungkin kau bisa bawakan aku kerang dari pantai yang kau kunjungi pagi ini. Dan sekali lagi kutanya apa kabar hatimu pagi ini?.