2/19/2014

pada suatu masa dalam perjalan kehidupanku, ada seorang kawan yang sangat berkesan. Ada kalanya aku menganggap hanya padanya aku merasa nyaman dan merasa terhubung. Merasa nyaman untuk bercerita apa saja, perasaanku, pikiranku, pergumulanku.. semuanya... hal itu membuatku kemudian berpikir bahwa dialah sahabat sejatiku.

Walaupun begitu, pada kenyataannya, sepanjang perjalanan aku mengenalnya, hubungan kami sebetulnya tidak seromantis yang aku dambakan. Kadang, atau bahkan sering, aku merasa tidak mengenalnya. Seolah seperti cinta yang bertepuk sebelah tangan, jangan-jangan hanya diri ini yang menganggap dirinya berarti dan penting. Namun tidak sebaliknya,,, akh, begitu sakitnya patah hati,,,

Dan dalam perjalanan aku mulai mengenalnya, kubuka blog ini. Tidak bisa dipungkiri, perbincangan kamilah yang membuat pikiran ini terus bergumul mengenai banyak hal. Seolah-olah, jika tidak dituangkan dalam tulisan, tempurung kepala yang kecil ini takkan sanggup menahan berbagai ide dan pikiran yang bergelora. maka aku pun mulai menulis..

Seiring hubungan kami yang semakin berjaraknya, ditambah pula kesibukanku yang mendera-dera, aku mulai melupakan blog ini. waktu pun berlalu... begitu cepat... sangat cepat... Hingga malam ini, ketika waktu seolah berhenti....ya.. malam, ini, beberapa hari menjelang pernikahannya. Tiba-tiba aku kembali teringat pada suatu masa yang sangat berkesan dalam perjalanan hidupku itu. membuatku kembali teringat pula pada blog ini... Membaca rekaman diskusi kami, membuat seluruh panca indera memutar ingetanku padanya. Seolah-olah bau rumput tempat kami duduk baru saja aku hidu. Bergantian dengan bayangan akan tempat-tempat diskusi kami. Hanya saja, berbarengan dengan itu, di dalam hati ini, luka lama seolah masih meninggalkan bekasnya. Bahwa selama ini, sakit hati telah membuatku terus menyalahkan diri sendiri... bahwa aku ternyata tidak bisa menjadi sahabat yang penting untuknya.

 Barangkali benar, waktulah yang menyembuhkan. Aku tak pernah berusaha membicarakan ini padanya. tak pernah pula berusaha mencari obatnya. Tapi waktu telah mengiringku menjadi dewasa. Manusia dewasa yang mampu mendahulukan pikirannya dibandingkan perasaannya. Manusia dewasa ini baru saja menyadari bahwa persahabatan bukan mengenai apa yang seharusnya dilakukan sahabatnya pada sahabatnya yang lain. Tapi bagaimana kita berusaha untuk terus mendekatinya. bukan untuk membuat diri kita merasa penting untuk orang lain, tapi semata-mata karena dia sahabatku dan aku menyanyanginya. yes i do... i luv her.. jadi tidak penting apakah menurutnya kami sahabat, teman atau sekedar kenalan. Yang pasti aku menanggapnya istimewa. bahkan jika tak berbalas sekalipun..

Dan sekarang, setelah sekian lama merasa skeptis dengan sebuah persahabatan dan hubungan pertemanan, rasanya aku siap untuk membuka persahabatan-persahatan baru. yup,i'm ready. barangkali, akan ada sahabat istimewa yang akan kutemui diluar sana.

0 comments: