9/16/2005

Agustusan

Bulan Agustus sudah berlalu. Umbul-umbul mulai diturunkan. Bendera-bendera plastik merah-putih mulai pudar warnanya. Lomba-lomba untuk memperingati hari kemerdekaan telah usai. Setiap melihat kemeriahan itu, aku selalu ingat perayaan lima puluh tahun Indonesia merdeka.
Ya, itu sepuluh tahun lalu. Waktu itu aku baru masuk SMP. Jauh hari sebelum perayaan, ada himbauan (atau instruksi?) bagi pemilik rumah yang berada di pinggir jalan raya untuk memasang lampu warna-warni. Lampu merah, hijau dan kuning itu biasanya dililitkan pada sebatang bambu dan dibuat berkelap-kelip. Beberapa rumah menambah semarak dengan menancapkan beberapa batang bambu atau menambah lampu-lampu kecil berwarna-warni yang diletakkan di atap rumah. Ada pula yang merangkai lampu-lampu tersebut sehingga bertuliskan "Dirgahayu RI ke 50"

Pada masa itu, Aku suka banget jalan-jalan di waktu malam untuk bisa melihat indahnya lampu berkelap-kelip. Keluar masuk kampung, merambah daerah-daerah yang lumayan jauh dari rumah. Biasanya aku keluar pukul setengah delapan usai berita sore. Sendiri. Hahaha.. kalau diingat-ingat gila juga ya keluar malam-malam sendiri. Tapi seingatku, waktu itu keadaan di jalan-jalan selalu ramai. Kalau ditanya orang rumah, aku jawab aja habis jalan-jalan. Udah deh ngga ditanya lagi. hehehe...

Sewaktu aku main ke ibukota Jakarta di masa itu, aku juga lihat jalan-jalan diterangi lampu berwarna-warni. Pohon-pohon besar digantungi hiasan lampu kecil berjuntai-juntai. Hiasan lampu berpola diletakkan di pembatas jalan. Monas juga terlihat indah karena dipasangi lampu. Pokoknya terang banget deh. Dan pastinya indah sekali. Keindahan itulah yang sampai saat ini masih berkesan buatku.

Dua tahun setelah itu, krisis ekonomi melanda Indonesia. Ironisnya menurut kabarnya keadaan Indonesia sudah kembang kempis sejak peraayaan ulang tahun emas Indonesia tersebut. Ironis karena perayaan yang dimeriahkan oleh limpahan cahaya lampu itu entah menghabiskan dana berapa. Belum lagi acara-acara lain digelar untuk memperingati ‘kemerdekaan’ kita. Meriah dan berkesan buatku. Tapi ternyata hanya fatamorgana. Pertanyaannya kemudian apakah perlu semua kemeriahan itu?

Dalam lingkup yang lebih sempit, lingkungan RT atau RW kadang pertanyaan tentang penting atau tidaknya penyelengaraan peringatan tujuh belasan juga kerap kali muncul. Apakah perlu membuat gapura di depan gang? Apakah perlu membuat acara perlombaan dan apakah perlu membuat panggung hiburan sebagai malam puncak peringatan? Apakah semua itu perlu karena semuanya butuh biaya. Dan sudah jamak, setidaknya di lingkungan yang aku kenal kalau beberapa warga merasa keberatan karena mereka mesti mengeluarkan iuran untuk itu semua.
Kemeriahan lomba buat sebagian anak adalah saat-saat yang ditunggu. Ditunggu hadiahnya, ditunggu kesempatan ikutan lomba, ditunggu bisa main seharian bersama teman. Itu yang ditunggu. Lampu-lampu, umbul-umbul, atau panggung hiburan berkesan buat sebagian orang karena memberi suasana hari ‘merdeka’. Dan tidak ada yang salah dengan itu semua. Yang salah menurutku adalah jika semua itu dipaksakan. Jika memang perlombaan adalah hal yang menyenangkan buat anak, sesuatu yang berkesan buat mereka, bisalah dibuat dengan biaya seminimal mungkin. Pengalaman kemarin jadi panitia perlombaan tujuh belasan, kebanyakan permainan-permainan yang dilombakan tidak butuh dana besar. Yang penting fun dan bisa melatih anak berkompetisi. Soal hadiah yang berpotensi mengeluarkan biaya besar juga bisalah disiasati. Cari sponsor ke perusahaan sabun atau minta tetangga sebelah yang semi pejabat. Semuanya tergantung keadaan. Kalau memang tidak ada dana untuk memeriahkan bulan agustus dengan bendera ya ngga usahlah beli.

Hahaha... aku ngomong begini kayanya mudah saja. Memang ngga mudah hidup bertetangga. Tapi yang aku mau bilang pada anda kalau anda suka keindahan dan kemeriahan tujuh belasan, ya itu bukan sesuatu yang ngga penting. Kadang kita perlu juga melihat keindahan, perlu juga melihat kemeriahan. Tapi semua tergantung keadaan kita masing-masing. Kalau ngga ada ya ngga usah maksa.

0 comments: