9/03/2005

Dari Depok ke Kyoto

ceritanya, beberapa bulan yang lalu ada undangan untuk mengikuti simposium internasional mengenai Tsunami di Universitas Kyoto yang ditujukan ke Universitas Indonesia. pihak rekotrat kemudian meneruskan undangan tersebut kepada fakultas-fakultas di bawahnya termasuk fakultas psikologi. di psikologi undangan tersebut disampaikan ke Pusat krisis. kemudian saya dan dua orang teman lain berniat untuk memenuhi undangan tersebut dengan membuat makalah yang berjudul "Prevention and Mitigation Program for Tsunami Damage". Oleh pihak Universitas Kyoto sudah disetujui. makalah kami akan ikut poster session. lebih lanjut lagi diberitahukan bahwa segala macam biaya ditanggung oleh pihak peserta.

pihak rektorat dihubungi untuk membiayai perjalanan. singkat cerita setelah di pingpong berulang kali, universitas tidak mau membiayai sesen pun karena cukup mahal. kalau dihitung-hitung sekitar 20 juta untuk satu orang. email pun dikirim memberitakan pengunduran diri karena tidak ada sponsor yang mau membiayai. waktu berlalu...

dua minggu sebelum penyelenggaraan ada email dari pihak Universitas Kyoto. mereka bilang sangat mengharapkan kehadiran pihak dari Indonesia untuk berpartisipasi, dan makalah kami dimasukan sebagai pembicara utama dalam simposium itu. mereka juga menyediakan anggaran khusus sebesar 15.000 yen sebagai biaya. setelah dibicarakan, waktu dua minggu tidak cukup untuk mengurus surat-surat keberangkatan karena birokrasi. lalu diputuskan untuk menolak tawaran tersebut.

gw ngga tau kenapa pihak Kyoto baru menawarkan hal itu di saat-saat akhir.. hiks... Kalau kata temanku mungkin mereka baru menyadari kalau tsunami itu terjadi di Indonesia. sebab dari daftar pembicara utama yang dikirimkan pada kami sebelumnya tidak ada pembicara dari wilayah yang terkena Tsunami. pembicara malah berasal dari Amerika (?) dan Jepang.

hiks.. pas wisuda tingkat universitas kemarin, rektor UI sekali lagi mengatakan keinginan UI sebagai Universitas Riset berskala Internasional. gw cuma senyum miris. bahkan untuk membiayai ikut simposium aja susahnya minta ampun. apalagi ternyata kami adalah satu-satunya dari pihak Indonesia yang mendaftarkan diri ikut simposium itu. hiks..

0 comments: