8/14/2005

Gie

Minggu lalu gw nonton Gie. Sayang sekali film yang berbiaya muahal itu buat gw tidak menarik. Gw seperti disuguhi potongan-potongan tanpa benang merah. Gw tidak bisa menangkap apa yang ingin disampaikan oleh film ini. Semua serba tanggung. Jika ingin menampilkan keteguhan Gie di jalan yang diyakininya serta keterasingan dirinya akibat mengambil jalan itu, gw ngga bisa merasakannya. Niko sebagai Gie tidak bisa memerankan Gie yang gw baca dari ‘Catatan Seorang Demonstran’ sebagai seseorang yang penuh gejolak atas ketidakberesan di depannya, yang kritik-kritiknya tajam dan pedas, serta orang yang jernih dalam berpikir. Ketika Niko menarasikan buku harian Gie, gw mendengarnya sebagai seseorang yang sedang membaca, bukan tokoh Gie yang sedang menuangkan pikiran-pikirannya tentang hidup, menuangkan pergulatan pikirnya terhadap kondisi Indonesia saat itu. Secara umum gw ngga bisa merasakan semangat Gie. Semangatnya yang berani mengungkapkan pendapatnya sekalipun resikonya ia terkucil, terasing dari dunia.

Gw juga tidak bisa mengerti jalan film ini. Seperti sudah gw ungkapkan film ini seperti potongan. Belum gw mengerti maksud dari satu adegan, film sudah beranjak ke adegan lain. Film ini katanya memang bukan film sejarah, sehingga peristiwa-peristiwa bersejarah dalam film ini kelihatan cuma sambil lalu. Tapi itu membuat gw tidak mengerti siapa tokoh-tokoh yang keluar di beberapa adegan. Siapa mereka? Apa peran mereka? Adakah hubungannya dengan perjalanan sejarah negri ini, apa kaitannya dengan Gie? Hal itu juga terjadi pada kehidupan cinta Gie. Siapa Wulan Guritno? Kenapa tiba-tiba dia muncul? Bukannya Gie sebelumnya lagi dekat sama Ira? Ah.. tampaknya jika anda tidak mengerti sejarah atau membaca buku Gie sebelumnya, akan sulit untuk memahami adegan-adegan dalam film ini. Kalau menurut saya film ini seperti memvisualisasikan hari-hari dalam buku harian Gie ke dalam film. Terlihat seperti potongan, karena buku harian merupakan ‘rekaman’ potongan-potongan hidup seseorang. Bukan sebuah biografi yang mengalir sepanjang hidup.

Sayang memang jika semangat Gie kurang bisa menular secara maksimal lewat film ini. Tapi gw merasa, dengan adanya film ini jiwa Gie seperti dihidupkan kembali, diskusi-diskusi digelar, bukunya dicetak ulang, media mengulas Gie sebagai manusia yang keteguhannya patut ditiru. Orang-orang jadi bertanya siapa Gie? Siapa tau orang-orang jadi tergugah...

Oia, ada juga yang gw suka dari film Gie. Yaitu waktu tokoh Ira (Sita) menyanyikan lagu Donna-Donna dari Joan Baez... suara yang merdu.. petikan gitar yang bening.. ah.. keren banget!!!!

1 comments:

Anonymous said...

Heheh.. nonton film ini emang sebaiknya baca bukunya dulu :D